Sunday, February 22, 2015

JIKA BALI ITU SURGA, SEPERTI APAKAH NERAKA ?



Bali itu suatu pulau dan tempat di mana dewa dewi dilahirkan, yang doyan berantem. Ia dibangun dengan tembok adat. Di atas tembok, dibuatkan dinding agama dengan budaya sebagai juragannya. Alur ceritanya adalah kisah tentang manusia Bali mencari kebebasan, kehidupan dan kebahagiaan dalam aras demokratisasi, guna mengatasi masalah keterbelakangan dengan kontrol baru yang lebih baik.

52 comments:

  1. Bali itu seperti surga, lalu neraka seperti apa?
    Neraka, neraka itu jika diibaratkan bagai bangsa atau pemerintah yang hanya mampu membuat sistem. Sistem yang mengubahkan yaitu mengubah karakter orang atau masyarakatnya menjadi egois, melupakan nilai-nilai budaya warisan leluhur, melupakan bahkan mengabaikan adat yang turun temurun dilakukan, yang di mana kesemuanya itu merupakan image/identitas/ciri khas bangsa itu sendiri. Jika image itu hilang bagaimana dapat menumbuhkan keorisinalitas budaya bangsa? Jika sudah begitu, keegoisan individu (penguasa maupun masyarakat) yang akan menguasai bangsa tersebut untuk terus bersaing menonjolkan diri menjadi yang terdepan dan nomor satu untuk kepuasan diri sendiri. Seperti revolusi Amerika yang diceritakan pada artikel di atas. Disebut surga bukan hanya karna memiliki keindahan alam tetapi memiliki dan mempertahankan budayanya untuk hidup bersama menjalani zaman.

    ReplyDelete
  2. Sungguh neraka itu bagai masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal mereka hidup di negeri yang kaya raya, Indonesia. Dibawa ke mana kekayaan negeri ini?
    Memrihatinkan
    Sungguh memrihatinkan, di saat harga bahan pokok seperti minyak, beras, gula, telur, cabai dan bawang sudah meroket harganya dan sangat sulit untuk di jangkau, pemerintah justru memberikan “hadiah” kepada masyarakat berupa pembatasan subsidi BBM, kenaikan tarif dasar listrik, privatisasi BUMN, dan hadiah lainnya yang menyakitkan hati.
    Tidak hanya itu, dikabarkan juga harga bahan pokok lainnya kini melonjak naik. Sebutlah semisal lombok, minyak, dan gula. Selain itu, pemerintah juga menarik pajak dari warteg-warteg dan masyarakat miskin. Wajarlah jika masih ada penduduk negeri ini yang hidup dalam keadaan memprihatinkan.
    Jika kita menelusuri apa saja yang menyebabkan kemiskinan di negri ini semakin meningkat, kebanyakan dari kita akan berpendapat bahwa penyebabnya adalah pimimpin kita yang tidak jujur dalam menjalankan kewajibannya. Mereka tidak peduli keadaan rakyat yang dilanda kelaparan. Mereka lebih sibuk dengan diri mereka sendiri. Sekedar refleksi bagi kita, dikabarkan bahwa pemerintah telah menganggarkan dana APBN 2011 untuk pembangunan gedung baru DPR sebesar Rp 800 miliar.(Republika 08/01/11)
    Melalui fakta di atas menunjukkan bahwa para pemimpin negeri ini lebih serius dalam memfasilitasi para pejabat daripada memperdulikan keadaan masyarakat yang hidup dalam keadaan miskin. Padahal, keadaan masyarakat miskin semakin sulit semenjak harga bahan pokok melonjak naik.
    Jika para pemimpin negeri ini sama sekali tidak memperdulikan keadaan masyarakatnya dan senantiasa menyalahgunakan uang negeri ini, maka selamanya rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan tidak akan pernah merasakan hidup makmur. Walaupun, mereka hidup di dalam negeri yang kekayaanya melimpah ruah.
    Tidak Serius
    Pemerintah terkesan tidak serius mengatasi masalah ini. Buktinya, saat ini di Indonesia masih ada sekitar31 juta masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. (Republika 10/01/11). Padahal, makroeknomi Indonesia mengalami peningkatan yang sangat membanggakan pada beberapa hari terakhir. Pemerintah belum serius dalam melaksanakan amanat di bidang kesejahteraan. Pemerintah tidak menjadikan pasal 33 UUD 1945 sebagai acuan untuk mengelola sumber daya alam dalam mensejahterahkan rakyat.(Republka 11/01/11)
    Akhirnya, jika saja para pemeintah mengalokasikan sebagian daripada penghasilan makroekonomi untuk disumbangkan kepada seluruh rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, niscaya tidak akan ada lagi masyarakat yang mengkonsumsi tiwul sehingga menyebabkan jatuhya korban jiwa, seperti yang di alami salah satu keluarga yang tinggal di bali tepatnya di buleleng. Tidak akan ada lagi masyarakat yang miskin, jika para pemimpin negeri ini benar-benar jujur dalam menjalankan tugasnya.
    Alur ceritanya adalah kisah tentang manusia Bali mencari kebebasan, kehidupan dan kebahagiaan dalam aras demokratisasi, guna mengatasi masalah keterbelakangan dengan kontrol baru yang lebih baik.
    By: Rudy :)

    ReplyDelete
  3. Nama: luh gede siwi darmayanti
    Nim : 12.01.1.1032
    Jur : manajemen reguler pagi

    Jika bali itu seperti surga maka neraka seperti apa?
    Biasanya yang ada dibenak kita surga ialah suatu yang berbau positif dan hal yang sangat menyenangkan namun sebaliknya neraka merupakan hal yang tidak menyenangkan dan berbau negative jadi nerakanya bali adalah semua prilaku orang bali asli yang dirubah menjadi orang yang melupakan nilai-nilai yang sudah ada sejak dahulu. Adat istiadat yang sudah diterapkan seperti misalnya perubahan bahasa pada era sepuluh tahun lalu kita masih sering mendengrkan percakapan menggunkan bahasa bali murni tanpa dicampur dengan bahasa lain namun seiringnya waktu masyarakat bali sudah banyak sudah banyak menggunakan bahasa Indonesia, Kemudian bali pada saat ini sudah tidak memiliki keindahan alam nya yang sangat luar biasa, yang tidak terdapat di tempat lain akibat ulah investor yang menginvestasi di bali, selanjutnya pula keramah tamahan masyarakat nya yang sangat terkenal,serta keunikan yang dimiliki oleh Bali yakni 'orisinal', otentik, eksotik, yang (kadang) magis atau (sering juga) erotik akan lenyap akibat masuknya budaya luar. Selanjutnya Dari segi agama jika di bandingkan dengan agama lain agama yang di anut orang bali adalah satu-satunya agama yang begitu kental dan menggunakan konsep tri hita karana namun pada era sekarang ini hal tersebut sudah mulai terkikis.




    ReplyDelete
  4. nama : fitriani
    nim : 12.01.1.1037
    jur : manajemen reg.pagi

    Di bali umunya dalam agama hindu terdapat istilah tri hita karana dimana itu artinya tiga hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan alam semesta dan manusia dengan manusia. Ketika ini dilakukan, dimaknai dan di implementasikan maka bali di katakana surga karena semua ini saling harmonis. Namun sebaliknya dapat di katakana neraka sebab di era sekarang ini istilah tri hita karana sudah mulai terkikis, Sebagai contoh dari konsep tri hita karana yaitu pada diri manusia sudah banyak yang melupakan keyakinannya, penebangan hutan secara liar, manusia saling menjatuhkan demi misi atau koloni sendiri, dan bergesernya kebudayaan asli bali yang dapat di contohkan sebagai berikut :
    Perubahan aktivitas dan etos kerja
    Seperti kita ketahui bahwa masyarakat, yang ada di bali mayoritas berstatus petani, etos kerja masyarakat bali mungkin terlihat lamban dan cenderung santai. Banyaknya waktu luang yang membuat masyarakat bali di era dulu untuk mengisi aktivitas- aktivitas luangnya seperti berkesenian dan melestarikan budaya misalnya, mekekawin, megegurita, megambel dll. Sehingga bagi orang luar bali, etos kerja masyarakat bali pada saat itu di anggap santai. Dan etos kerja masyarakat bali pada saat ini sudah berubah drastis. Menjadi super sibuk seperti istilah time is money hal tersebut akibat perubahan mata pencaharian yang begitu drastis dan ledakan angkatan kerja yang mengakibatkan kompetisi menjadi begitu ketat. Sehingga hal- hal tersebut membuat sudah tidak ada waktu lagi untuk menyama braya.
    Perubahan nama
    Perubahan menggunakan nama di kalangan masyarakat bali saat ini tergolomg drastic dimana pada generasi yang lahir sebelum tahun 70n masih banyak yang menggunakan nama yang menurut masyarakat diluar bali unik. Karena hanya ada nama seperti, I Wayan, Anak Agung, Ketut, Gede, pUTU, Nyoman dan Kadek tetapi pada masa sekarang ini penamaan anak yang mengarah ke barat- baratan / meniru nama artis ibu kota.
    Perubahan Bahasa di bali
    Sepuluh tahun lalu kita masih sering mendengrkan percakapan menggunkan bahasa bali murni tanpa dicampur dengan bahasa lain namun seiringnya waktu masyarakat bali sudah banyak sudah banyak menggunakan bahasa Indonesia.
    Perubahan busana
    Dahulu yang namanya, kamen (kain)/ kancut adalah pakaian sehai-hari tetapi saat ini kamen(kain)/ kancut hanya digunakan dalam acara tertentu saja selebihnya pria dan wanita bali sudah modern yang hanya menggunakan celana panjang/ pendek.
    Perubahan makanan dan minuman
    Dahulu orang bali tak kenal yang namanya kebab turki atau sashimi sekarang gerai makanan cepat saji seperti ini telah menjamur dan selalu di padati oleh masyarakat bali.
    dari segi ekonomi bali akan mengalami kemiskinan sebab banyaknya para investor yang akan menghabiskan lahan-lahan masyarakat bali seperti misalnya para investor menanamkan modalnya di bali dan masyarakat bali hanya bisa menjual lahannya. Dan dijadikan sebagai alat untuk pekerjaan mengolah lahan- lahan tersebut, sehingga orang bali hanya bisa menjadi penonton dan para investor.

    ReplyDelete
  5. Semua orang mempunyai pendapat yang berbeda tentang surga dan negara. Orang-orang boleh saja menyebut Bali sebagai surga dunia, namun pada akhirnya Bali tetaplah Bali yang kita kenal sekarang penuh dengan keragaman budaya, adat istiadat, agama Hindu Balinya. Sama halnya dengan tulisan "JIKA BALI ITU SURGA, SEPERTI APAKAH NERAKA ?" dalam tulisan tersebut, Bali dikatakan Surga karena mempunyaib sesuatu yang masih 'orisinal', otentik, eksotik, yang (kadang) magis atau (sering juga) erotik pada MASA LALU. MASA LALU jauh berbeda dengan MASA SEKARANG

    ReplyDelete
  6. Sungguh neraka itu bagai masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal mereka hidup di negeri yang kaya raya, Indonesia. Dibawa ke mana kekayaan negeri ini?
    Memrihatinkan
    Sungguh memrihatinkan, di saat harga bahan pokok seperti minyak, beras, gula, telur, cabai dan bawang sudah meroket harganya dan sangat sulit untuk di jangkau, pemerintah justru memberikan “hadiah” kepada masyarakat berupa pembatasan subsidi BBM, kenaikan tarif dasar listrik, privatisasi BUMN, dan hadiah lainnya yang menyakitkan hati.
    Tidak hanya itu, dikabarkan juga harga bahan pokok lainnya kini melonjak naik. Sebutlah semisal lombok, minyak, dan gula. Selain itu, pemerintah juga menarik pajak dari warteg-warteg dan masyarakat miskin. Wajarlah jika masih ada penduduk negeri ini yang hidup dalam keadaan memprihatinkan.
    Jika kita menelusuri apa saja yang menyebabkan kemiskinan di negri ini semakin meningkat, kebanyakan dari kita akan berpendapat bahwa penyebabnya adalah pimimpin kita yang tidak jujur dalam menjalankan kewajibannya. Mereka tidak peduli keadaan rakyat yang dilanda kelaparan. Mereka lebih sibuk dengan diri mereka sendiri. Sekedar refleksi bagi kita, dikabarkan bahwa pemerintah telah menganggarkan dana APBN 2011 untuk pembangunan gedung baru DPR sebesar Rp 800 miliar.(Republika 08/01/11)
    Melalui fakta di atas menunjukkan bahwa para pemimpin negeri ini lebih serius dalam memfasilitasi para pejabat daripada memperdulikan keadaan masyarakat yang hidup dalam keadaan miskin. Padahal, keadaan masyarakat miskin semakin sulit semenjak harga bahan pokok melonjak naik.
    Jika para pemimpin negeri ini sama sekali tidak memperdulikan keadaan masyarakatnya dan senantiasa menyalahgunakan uang negeri ini, maka selamanya rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan tidak akan pernah merasakan hidup makmur. Walaupun, mereka hidup di dalam negeri yang kekayaanya melimpah ruah.
    Tidak Serius
    Pemerintah terkesan tidak serius mengatasi masalah ini. Buktinya, saat ini di Indonesia masih ada sekitar31 juta masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. (Republika 10/01/11). Padahal, makroeknomi Indonesia mengalami peningkatan yang sangat membanggakan pada beberapa hari terakhir. Pemerintah belum serius dalam melaksanakan amanat di bidang kesejahteraan. Pemerintah tidak menjadikan pasal 33 UUD 1945 sebagai acuan untuk mengelola sumber daya alam dalam mensejahterahkan rakyat.(Republka 11/01/11)
    Akhirnya, jika saja para pemeintah mengalokasikan sebagian daripada penghasilan makroekonomi untuk disumbangkan kepada seluruh rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, niscaya tidak akan ada lagi masyarakat yang mengkonsumsi tiwul sehingga menyebabkan jatuhya korban jiwa, seperti yang di alami salah satu keluarga yang tinggal di bali tepatnya di buleleng. Tidak akan ada lagi masyarakat yang miskin, jika para pemimpin negeri ini benar-benar jujur dalam menjalankan tugasnya.
    Alur ceritanya adalah kisah tentang manusia Bali mencari kebebasan, kehidupan dan kebahagiaan dalam aras demokratisasi, guna mengatasi masalah keterbelakangan dengan kontrol baru yang lebih baik.

    ReplyDelete
  7. Kadek Widiarini
    12.01.1.1009/Manajemen Eksekutif

    Menurut saya neraka buat bali ya, dimana saat orang bali itu sendiri tidak menjadi pemeran utama di dalam kehidupan ekonomi. Lebih jelasnya yaitu sebagai contoh :
    saat ini, sebagian besar orang bali hanya sebagai budak bagi orang-orang luar. Banyak lahan yang telah dikuasai oleh orang asing. Banyak perusahaan yang berdiri di bali namun yang punya adalah orang asing. Banyak restoran, hotel, yang berdiri tapi yang punya bukan orang bali itu sendiri. Tapi orang bali hanya sebagai pekerja untuk mereka, bukan sebagai penguasa.
    Seperti yang pernah saya tahu, banyak orang asing yang menikahi orang bali karena alasan untuk bisa membeli lahan di bali. Orang asing tersebut meminjam nama orang bali untuk di atas namakan di sertifikat. Berarti disini, orang bali hanya sebagai orang yang dimanfaatkan saja ???
    Dalam kehidupan orang bali, banyak yang bekerja untuk orang asing di wilayahnya sendiri ( Bali ) bukan sebagai penguasa.

    Demikian pendapat saya tentang nerakanya bagi orang bali. Trimakasi

    ReplyDelete
  8. Nama : Kadek Eli Wahyuni
    Nim : 12.01.1.1034
    Semester : VI (enam)
    Jurusan : Manajemen Reg. Pagi

    Surga dan neraka merupakan suatu hal yang sudah tidak asing didengar, sama halnya dengan baik dan buruk yang selalu berdampingan, bila mendengar kata surga pasti yang terlintas difikiran pasti tentang kebaikan atau keindahan begitupula sebaliknya jika mendengar kata neraka yang terlintas dibenak pasti tentang keburukan.
    Bali dijuluki surga dunia karena bali merupakan daerah yang masih orisinil, segala kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan menjadikan budayanya semakin kental dan budaya bali tidak akan pernah ditemukan diluar daerah bali karena keunikan tersebutlah bali dikatakan sebagai surganya dunia, namun jika kebudayaan bali tidak dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatnya maka bali tidak akan lagi dikatakan sebagai surga, untuk itu tugas yang sangat berat bagi masyarakat bali harus benar-benar mampu menjaga keorisinilannya meskipun semakin kedepan perubahan akan semakin terlihat jelas, namun jangan sampai karena perubahan jaman menjadikan bali menjadi neraka karena dirusak oleh moral-moral yang tidak lagi memperhatikan nilai-nilai budaya.
    Jadi berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa neraka akan muncul jika berubahnya karakter masyarakat bali, tidak lagi mengingat nilai-nilai yang menjadi warisan leluhur, yang lebih parahnya lagi tidak lagi terdapat adat istiadat yang kental, seperti halnya yang harus dilkukan orang bali juka sudah meninggal harus melaksanakan upacaya ngaben namun seiiring berjalannya waktu upacara ngaben diganti dengan kremasi,

    ReplyDelete
  9. Nama : Ni Ketut Sriyani
    Nim : 12.01.1.1.1012
    Semester : VI Eksekutif

    Menurut pendapat saya, Neraka bagi bali adalah alam pikiran dimana keadaan pikiran yang menderita, jika pikiran manusia menderita, berarti ia berada dialam neraka, neraka itu ada di dunia ini yaitu ada di alam pikiran manusia. jadi neraka disini dimaksud pada saat masyarakat bali itu pemikiranya menuju kehal yang negatif. dimana dalam kehidupannya masyarakat bali melupakan tradisi-tradisi bali dan kebudayaan bali yang sudah ada dengan mulai mengikuti trend globalisasi dan mulai mengikuti budaya kebarat-baratan.

    ReplyDelete
  10. NAMA : KD. ARYA DWI MAHENDRAYANA
    NIM : 13.01.11.234
    JURUSAN : MANAJEMEN
    KELAS/SEMESTER : AMPULEN/ III.

    JIKA BALI SURGA,SEPERTI APAKAH NERAKA ?
    Kenapa bali dikatakan surga ? itu semua pasti ada jawabannya. Menurut saya yang lebih banyak mengatakan bali itu surga adalah para wisatawan yang datang ke bali, mereka datang kebali untuk menikmati keindahan bali baik itu lautnya(sea),mataharinya(sun),sek(sex)dan tidak kalah lagi adalah budaya (culture).keindahan bali itulah yang dikatakan oleh mereka adalah surga dimana surga itu tidak ada dinegaranya sendiri.jadi dalam arti lain mereka (wisatawan) merasa Negara asal mereka bukanlah surga tapi neraka, mereka mungkin sudah bosan dengan negaranya sendiri sehingga mereka pergi untuk mencari dimana itu surga yang mereka anggap surga itu ada dibali.
    memang istilah surga dan neraka itu hanya ada dibenak atau pikiran orang saja, menurut beberapa orang surga dikatakan suatu tempat yang indah atau tempat dimana orang-orang yang selama hidupnya berbuat baik ada disana, sedangkan neraka adalah tempat orang-orang jaha. Itu kata orang-orang, tapi menurut saya jika surga itu dikatakan tempat orang-orang yang selama hidupnya berbuat baik maka alangkah membosankanya surga itu, karna disana hanya ada orang-orang yang dharma seperti peranda,pemangku,ustad,haji dan orang-orang patuh pada agama yang hanya membaca mantra dan kitab suci (itupun jika ada),sedangkan alangkah indahnya neraka itu, karna dineraka pasti ramai (menurut saya) disana berkumpul orang-orang yang suka melanggar darma atau agama seperti contoh penjudi, pemabuk, cewek kafe dan sebagainya so pasti dineraka akan lebih asoy, betul nggak brow ?
    saya balik ketopik saja sebelum ngelantur, jadi menurut saya bali dikatakan surga karna banyak wisatawan yang datang ke bali mengatakan seperti itu mereka mencari tempat dimana tempat yang mereka cari lebih baik (surga) dari tempat asal mereka(neraka).terima kasih, suksme.

    ReplyDelete
  11. NAMA : LUH PUTU EKA DEWI PARAMITHA
    NIM : 13.01.1.1.245
    AMPULEN

    Sungguh neraka itu bagai masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal mereka hidup di negeri yang kaya raya, Indonesia. Dibawa ke mana kekayaan negeri ini?
    Memrihatinkan
    Sungguh memrihatinkan, di saat harga bahan pokok seperti minyak, beras, gula, telur, cabai dan bawang sudah meroket harganya dan sangat sulit untuk di jangkau, pemerintah justru memberikan “hadiah” kepada masyarakat berupa pembatasan subsidi BBM, kenaikan tarif dasar listrik, privatisasi BUMN, dan hadiah lainnya yang menyakitkan hati.
    Tidak hanya itu, dikabarkan juga harga bahan pokok lainnya kini melonjak naik. Sebutlah semisal lombok, minyak, dan gula. Selain itu, pemerintah juga menarik pajak dari warteg-warteg dan masyarakat miskin. Wajarlah jika masih ada penduduk negeri ini yang hidup dalam keadaan memprihatinkan.
    Jika kita menelusuri apa saja yang menyebabkan kemiskinan di negri ini semakin meningkat, kebanyakan dari kita akan berpendapat bahwa penyebabnya adalah pimimpin kita yang tidak jujur dalam menjalankan kewajibannya. Mereka tidak peduli keadaan rakyat yang dilanda kelaparan. Mereka lebih sibuk dengan diri mereka sendiri. Sekedar refleksi bagi kita, dikabarkan bahwa pemerintah telah menganggarkan dana APBN 2011 untuk pembangunan gedung baru DPR sebesar Rp 800 miliar.(Republika 08/01/11)
    Melalui fakta di atas menunjukkan bahwa para pemimpin negeri ini lebih serius dalam memfasilitasi para pejabat daripada memperdulikan keadaan masyarakat yang hidup dalam keadaan miskin. Padahal, keadaan masyarakat miskin semakin sulit semenjak harga bahan pokok melonjak naik.
    Jika para pemimpin negeri ini sama sekali tidak memperdulikan keadaan masyarakatnya dan senantiasa menyalahgunakan uang negeri ini, maka selamanya rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan tidak akan pernah merasakan hidup makmur. Walaupun, mereka hidup di dalam negeri yang kekayaanya melimpah ruah.
    Tidak Serius
    Pemerintah terkesan tidak serius mengatasi masalah ini. Buktinya, saat ini di Indonesia masih ada sekitar31 juta masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. (Republika 10/01/11). Padahal, makroeknomi Indonesia mengalami peningkatan yang sangat membanggakan pada beberapa hari terakhir. Pemerintah belum serius dalam melaksanakan amanat di bidang kesejahteraan. Pemerintah tidak menjadikan pasal 33 UUD 1945 sebagai acuan untuk mengelola sumber daya alam dalam mensejahterahkan rakyat.(Republka 11/01/11)
    Akhirnya, jika saja para pemeintah mengalokasikan sebagian daripada penghasilan makroekonomi untuk disumbangkan kepada seluruh rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, niscaya tidak akan ada lagi masyarakat yang mengkonsumsi tiwul sehingga menyebabkan jatuhya korban jiwa, seperti yang di alami salah satu keluarga yang tinggal di bali tepatnya di buleleng. Tidak akan ada lagi masyarakat yang miskin, jika para pemimpin negeri ini benar-benar jujur dalam menjalankan tugasnya.
    Alur ceritanya adalah kisah tentang manusia Bali mencari kebebasan, kehidupan dan kebahagiaan dalam aras demokratisasi, guna mengatasi masalah keterbelakangan dengan kontrol baru yang lebih baik.

    ReplyDelete
  12. Nama : Gusti Made Oka Astrini
    NIM : 12.01.1.1.1020
    Kelas : Eksekutif
    Semester : VI ( Enam)
    Pembicaraan tentang Bali sebagai surganya dunia, maka neraka itu ketika kita tidak bisa lagi melihat budaya Bali yang kental seperti dulu, padahal kebudayaan itulah yang memperkenalkan Bali ke dunia luar. Banyaknya budaya luar yang masuk ke Bali mengakhibatkan banyak sekali perubahan yang terjadi, dari cara berbusana, gaya hidup masyarakat,terlebih lagi budaya yang ada terus mengalami perubahan. Seperti contoh :
    Arsitektur Rumah Bali
    Dari jaman dahulu para undagi Bali sangat ketat dan taat mengikuti aturan atau pakem dalam mendirikan bangunan, sehingga aturan pembangunan di Bali seperti dikenal dalam rontal Asta Kosala Kosali atau Asta Petali. Undagi jaman dahulu tidak berani keluar dari konsep yang telah digariskan oleh para leluhurnya, sehingga dikenal adanya konsep tata ruang Tri Loka atau Tri Angga, yakni membagi areal hunian menjadi tiga yaitu nista, madya dan utama atau bhur,bwah dan swah yang akhirnya menjadi konsep Tri Hita Karana dan akhirnya melahirkan konsep orientasi kosmologi yang disebut Nawa Sanga atau Sanga Mandala. Di jaman dahulu orang menggunakan sikut, sehingga bangunan yang akan dibuat sesuai dengan proporsi pemiliknya, menjadi nyaman dan menyenangkan, karena selalu memperhatikan ruang terbuka yang di sebut natah dan adanya pengaturan waktu dalam penyediaan bahan bangunan, sehingga keseimbangan dan kelestarian alam tetap terjaga. Namun, arsitektur rumah-rumah bali mulai ditinggalkan seiring ada pengaruh dari luar dan pengaruh jaman dan teknologi seperti sekarang ini. Seandainya orang Bali sudah tidak berminat lagi untuk mempergunakan arsitektur Bali, maka Bali akan menjadi asing di tanahnya sendiri. Karena perkembangan jaman dan perkembangan manusia, bangunan bertingkat tinggi akan segera merambah Bali. Kalau bangunan tingkat tinggi sudah merupakan suatu keharusan, karena menyelamatkan lahan dan menyikapi harga tanah yang mahal, maka Bali tidak ada bedanya dengan kota besar lainnya dan akan berubah menjadi kota metropolitan.
    Permainan Tradisional Bali
    Permainan Tradisional Bali sekarang jarang bisa kita temukan apalagi di daerah perkotaan, perkembangan tekhnologi yang pesat hampir menenggelamkan mereka. Ada puluhan bahkan ratusan permainan tradisional yang ada, orang tua juga seolah-olah tidak memperhatikan dan cenderung tidak mampu mengarahkan anak-anak mereka dalam melakukan permainan yang memang ternyata cukup susah, karena permainan tradisional lebih menonjolkan permainan berkelompok yang membutuhkan kekompakan dan kebersamaan dan secara tidak langsung mendidik anak itu lebih bisa mengenal lingkungannya yang majemuk, bergaul dengan tidak memandang status sosial dan kebersamaanya, kesetiakawanan dengan suasana ceria di lingkungan mereka. Banyak permainan tradisional yang ada di Bali seperti; meong-meongan, metajog, nyen durine nyongkok, engkeb–engkeban, megoak-goakana, main gangsing, main tajog. Dengan perkembangan iptek yang pesat, anak-anak cenderung menggunakan tekhnologi yang ada seperti laptop, tablet, video games yang bisa dimainkan dari handphone, play station dan melalui internet. Mereka sepertinya lebih asik bermain alat tersebut, tidak lagi berinteraksi dengan lingkungan dengan teman sesamanya. Mereka hanya terfokus untuk menang mengumpat kalau kalah.

    ReplyDelete
  13. Subak di Bali
    Subak sedang menghadapi bermacam tantangan, lebih-lebih dalam menyongsong era globalisasi yang jika tidak teratasi maka kelangsungan hidup subak bisa terancam. Subak Bali yang diputuskan menjadi Warisan Dunia oleh UNESCO pada Jumat, 29 Juni 2012 harus dapat memertahankan nilai asli budaya masyarakat Bali dan tradisi kuno subak perlu dilestarikan. Subak tidak hanya berfungsi sebagai sistem irigasi, tapi juga merupakan bagian dari keyakinan rohani. Ironisnya, setiap tahun sekira 1.000 hektar lahan pertanian di Bali telah diubah menjadi hotel, restoran, vila dan rumah. Karena itu, perlu adanya perlindungan khusus dari pihak internasional agar subak tidak hilang begitu saja. Pariwisata di Bali sebenarnya bisa mengancam kelestarian subak.
    Saat ini, sudah banyak wisatawan yang tidak sekedar tertarik untuk menikmati indahnya Danau Batur atau melihat-lihat Gallery di Ubud, melainkan juga ingin menikmati kedamaian, bermukim dan menetap di Bali, sembari mengubah kreativitas masyarakat Bali—yang dahulunya hanya sebatas berkesenian—menjadi aktivitas bisnis. Hubungan masyarakat Bali dengan masyarakat global saat ini tidak lagi sekedar ‘guide-dan-turis’ atau ‘seniman-dan-penikmat seni’, melainkan sudah berubah menjadi hubungan antara ‘bawahan-dan-atasan’ atau ‘pedagang-dan-pelanggan’ atau ‘pebisnis-dan-partner bisnis’. Tak sedikit juga yang berupa hubungan ‘pasien-dan-dokter’ atau ‘fotografer-dan-model’ atau ‘murid-dan-guru’, bahkan ‘tetangga-dan-tetangga ekspatriat’.
    Perubahan frekwensi dan intensitas hubungan antara masyarakat Bali dan masyarakat global yang kian meningkat, tidak sekedar melahirkan orang bule yang ‘ke-Bali-Balian’—dalam jumlah relative sedikit, melainkan juga melahirkan orang Bali ‘ke-bule-bule-an’ yang justru lebih banyak. Perubahan yang terjadi juga banyak pada makanan dan minuman, etika masyarakat, bahasa, mata pencaharian, dan lain sebagainya. Itulah neraka bagi orang Bali saat mereka tidak mampu untuk mempertahankan apa yang menjadi budaya Bali, dan membiarkan budaya lain masuk yang bisa menghancurkan budaya yang sudah diwariskan olen nenek moyang kita. Lebih-lebih kita tidak bisa memperluas usaha di tempat kita sendiri, karena sebagian besar sudah dikuasai oleh orang asing. Malah kita orang Bali yang menjadi budak dari orang asing, karena mereka yang punya asset.

    ReplyDelete
  14. Nama : Luh Dharmayanti
    Nim : 12.01.1.1.1044
    Semester 6 / Eksekutive Sore

    Surga dan neraka??? ada kah orang yang pernah kesana??? dimanakah surga dan neraka itu?
    Menurut Agama : Neraka adalah alam tempat atman menerima hukuman, alam ini berada diluar dunia ini yakni diantara pelanet-planet di luar angkasa.
    Jika dikaitkan Bali Itu Surga , Seperti Apakah Neraka??
    Dilihat dari contoh kehidupan Pariwisata di Bali Selain permasalahan sosial seperti kriminalitas, pemerasan terhadap turis, dan lainnya harus tidak dilihat sebagai fenomena sosial yang berdiri sendiri. Apalagi, tanah, aset warisan terakhir, pun telah habis terjual kepada broker property kelas dunia atau nominee bagi ekspatriat yang ingin memiliki kaveling atau vila mewah di ‘surga.’
    Mereka melihat Bali seperti taman bermain (bukan rumah) mereka. Mereka akan segera meninggalkan ketika taman tersebut rusak akibat impotensi pemerintahnya dan impian ‘surga’ yang terus memodernisasi diri.
    Pada saatnya nanti, tinggalah kita, masyarakat Bali kebanyakan, yang harus membersihkan ‘kotoran’ sehabis pesta meriah para turis dan orang kaya. Karena memang Bali adalah rumah kita. Bali bukanlah ‘surga’ ataupun ‘neraka’ tetapi ruang hidup yang mengharuskan kita terus berjuang untuk menjadikannya lebih baik.
    Terimakasih.

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. nama : nyoman manik merta
    nim : 12.01.1.1.1007
    menurut pendapat saya semua orang mempunyai pendapat yang berbeda tentang surga dan negara memang istilah surga dan neraka itu hanya ada dibenak atau pikiran orang saja, menurut beberapa orang surga dikatakan suatu tempat yang indah atau tempat dimana orang-orang yang selama hidupnya berbuat baik ada disana, sedangkan neraka adalah tempat orang-orang jaha. Itu kata orang-orang, tapi menurut saya jika surga itu dikatakan tempat orang-orang yang selama hidupnya berbuat baik maka alangkah membosankanya surga itu, karna disana hanya ada orang-orang yang dharma seperti peranda,pemangku,ustad,haji dan orang-orang patuh pada agama yang hanya membaca mantra dan kitab suci (itupun jika ada),sedangkan alangkah indahnya neraka itu, karna dineraka pasti ramai (menurut saya) disana berkumpul orang-orang yang suka melanggar darma atau agama seperti contoh penjudi, pemabuk, jadi surga itu hal yang indah sedangkan neraka itu tempat terburuk dan menyeramkan untuk di dengar atau dibayangkan.

    ReplyDelete
  17. Ni Nyoman Swarni Pratiwi
    12.01.1.1.1013
    Eksekutif Manajemen

    Bali adalah sebuah pualu yang entahlah dengan sekian sebutan nama mulai dari Pulau seribu-pura. Pulau hindu ditengah samudera islam. The last paradise. Pulau Dewata. Paginya Dunia. Pulau Kedamaian. Pulau Cinta, pualu surga dan lain sebagainya namun masih pantaskah bali di katakan pulau surga bagi penduduk pribumi bali itu sendiri misalkan saja standar minimal makannya diukur dari nasi putih dan sayur bayam, kurang lebih Rp. 169.000,- per bulan dan ini belum pernah di rubah dari tempo doeloe, kini bali masih di katakan sebagai pulau surga namun hanya surga bagi orang – orang yang telah merampas bali dari kebaliannya bukan surga bagi orang- orang pribumi bali. Apakah bali bisa di katakan telah tercemar oleh semakin banyaknya orang – orang asing atau orang orang yang bukan pri bumi bali yang menguasai daerah bali,? apakah orang bali memberontak dengan semua itu, (belum bisa dikatakan) karena masyarakat bali masih terbawa suasana masih terhipnotis dengan semua fasilitas dan kemudahan yang telah di berikan oleh orang – orang yang merampas mereka yang tanpa mereka sadari mereka telah di telanjangi oleh semua itu. Inilah nerakanya bali orang bali di jajah oleh tanahnya sendiri tanpa pernah merasakan surganya bali itu sendiri seperti apa

    ReplyDelete
  18. Nama : Putu Mertayana
    Nim : 12.01.1.1.1014
    Semester 6/ Eksekutive

    Didalam Veda, surga digambarkan sebagai tempat yang selalu terang, bersinar dan tidak pernah ada kegelapan, Tempat berkumpulnya orang-orang suci, merupakan dunia kebaikan dan bahkan terdapat keabadian seperti yang digambarkan dalam kitab suci Rgveda XI.113.8-11
    Dalam kitab-kitab purana seperti Vayu purana digambarkan bahwa surga memiliki 7 pintu gerbang bagi mereka yang melakukan :
    1. Tapa (pengendalian diri)
    2. Dana (melakukan pemberian dengan tulus ikhlas)
    3. Sama (memandang sama suka dan duka)
    4. Dama (tahan uji)
    5. Hrih (memiliki rasa malu)
    6. Arjawam (rendah hati)
    7. karuna (simpati) kepada semua mahluk
    menurut filsafat : surga adalah keadaann pikian yang bahagia, asal pikiran seseorang bahagia berarti ia mendapatkan surga. surga itu tidak ada di dunia lain tetapi surga ada didunia ini yaitu ada di alam pikiran. menurut agama : surga adalah alam tempat dimana atman menikmati kegirangan dan kebahagiaan duniawi, jika manusia selalu berbuat baik di dunia ini kelak setelah mati, atmanya akan dijemput oleh widyadari-widyadari (bidadari) untuk dibawa kesurga.
    menurut saya Neraka adalah alam pikiran dimana keadaan pikiran yang menderita, jika pikiran manusia menderita, berarti ia berada dialam neraka, neraka itu ada di dunia ini yaitu ada di alam pikiran manusia. Menurut Agama : Neraka adalah alam tempat atman menerima hukuman, alam ini berada diluar dunia ini yakni diantara pelanet-planet di luar angkasa. jika manusia dalam hidupnya didunia ini berkarma yang tidak baik, maka nantinya jika ia meninggal atmanya akan dijemput oleh sang cikrabala, sang jogormanik dan sang suratma, untuk dihadapkan kepada dewa yama dan diadili dan menerima keputusan dimanakah atmanya akan dihukum.

    ReplyDelete
  19. Nama : Luh Putu Sariastini
    NIM : 12.01.1.1.1005
    Semester : VI Manajemen Reguler Sore

    Secara teori Sorga adalah suatu tempat di alam akhirat yang dipercaya oleh para penganut beberapa agama sebagai tempat berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidup di dunia berbuat kebajikan sesuai ajaran agamanya.

    Sedangkan Neraka adalah tempat penyiksaan dan kesengsaraan di alam akhirat yang diyakini oleh penganut agama samawi dan aliran kepercayaan.

    Sorga diidentikkan dengan suatu tempat yang penuh dengan keindahan, kebahagiaan dan kedamaian. Sedangkan neraka identik dengan suasana penyiksaan yang kejam.

    Bali dikenal dengan salah satu sebutan "The last paradise". Julukan ini diperoleh karena dilihat dari panorama alam yang begitu indah, kesenian-kesenian tradisional, keramah-tamahan penduduknya, kedamaian, serta kebudayaan-kebudayaan Bali yang unik. Faktor inilah yang membuat wisatawan merasa nyaman tinggal di Bali, sehingga tidak salah jika Bali menyandang predikat ini.

    Akan tetapi, dengan terjadinya kasus-kasus kriminal yang belakangan ini "berkedok" di Bali, membuat nama baik Bali makin tercemar, walaupun sebenarnya pelaku kriminal tersebut bukanlah orang Bali, namun orang yang hanya menumpang tinggal sementara di Bali. Adanya kasus-kasus tersebut sangat berdampak negatif bagi pariwisata Bali khususnya, karena akan menimbulkan ketakutan bagi wisatawan yang ingin berlibur ke Bali, sehingga kualitas keamanan di Bali menjadi sangat dipertimbangkan akibat ulah para oknum yang mengatasnamakan Bali. Ketakutan inilah yang nantinya menimbulkan keraguan akan kebenaran terhadap julukan Bali sebagai Surga Dunia. Keadaan seperti inilah yang membuat nama Bali terlihat seperti neraka yang amat ditakutkan.

    Sekian opini dari saya.. Semoga bermanfaat. Trims

    ReplyDelete
  20. Nama : Wayan Sudianti
    NIM : 12.01.1.1.967
    Smtr : VI Manajemen Reguler Sore

    Menurut pandangan Hindu tidak dikenal adanya konsep sorga dan neraka sebagai tujuan akhir kehidupan manusia, mengingat dalam konsep panca Sradha (lima keyakinan) umat hindu mempercayai adanya Punarbhawa (reinkarnasi). dan tujuan akhir umat hindu adalah MOKSA yang artinya bersatunya jiwa (atman) dengan Sang Pencipta (Brahman)

    Namun secara Umum pengertian sorga dan Neraka adalah:
    Sorga adalah tempat yang penuh dengan kebahagiaan dan keindahan yang merupakan tempat persinggahan bagi para roh yang telah berbuat baik dalam hidunya.
    Neraka adalah tempat yang menakutkan penuh dengan siksaan, penderitaan, dan kepedihan yang merupakan tempat para roh untuk mendapatkan hukuman dari karma buruk yang telah diperbuat selama hidupnya di dunia.

    Bali mendapat sebutan sebagai The Last Paradise, dan Sebagai Surga Dunia ini disebabkan karena keindahan alam yang begitu menakjubkan yang dimiliki Pulau Bali yang sangat menarik perhatian para wisatawan. dimana disini para wisatawan dapat menikmati keindahan alam dan budaya yang tidak dapat ditemukan di pulau lain. Keamanan dan keramahan masyarakat bali juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung kesini tanpa merasakan beban atau rasa ragu serta khawatir terhadap keamanan di Bali.

    Namun adanya tragedi Bom Bali yang terjadi beberapa kali dan tindakan kriminal lainnya menjadikan keamanan bali menjadi sangat diragukan lagi oleh para wisatawan, kunjungan wisatawan tidak seperti dulu lagi yang tiap hari tidak pernah sepi, namun dengan terjadinya kejadian tersebut Bali mulai kehilangan identitasnya, tamu mulai sepi, hotel hotel satu persatu mulai tutup dan banyak karyawan yang di PHK maka meningkatlah jumlah pengangguran yang ada di Bali. sehingga mau tidak mau banyak orang menghalalkan segala cara untuk hidup.

    Selain itu kini di Bali sudah semakin banyaknya ditemukan adanya konflik antar adat, konflik antar desa bahkan konflik antar keluarga dan saudara sendiri yang memperebutkan hak dan kekuasaan. Sudah jarang ditemukan keramahan orang Bali, Hal ini lah yang menyebabkan Bali bukan lagi sebagai surga dunia melainkan lebih terkesan seperti neraka sebab tamu-tamu mulai khwatir dan takut karena tidak lagi ditemukan adanya kenyamanan dan keamanan untuk berlibur di Bali.

    Sekian dan terima kasih.

    ReplyDelete
  21. KETUT MURNI
    12.01.1.1.964
    SEMESTER VI ( Reguler Sore)
    Sebutan Bali sebagai Sorga dunia sepertinya hanya mendapat julukan dari warga asing saja. Mungkin karena warga asing menemukan ketenangan dan kedamaian ketika berada di Pulau yang indah ini. Maka dari itu dia menyebutkan bahwa Bali itu Sorganya dunia. Namun Pandangan Hindu mengenai konsep Sorga dan Neraka, banyak umat Hindu beranggapan bahwa di dalam ajaran Hindu tidak ada dan tidak dikenal konsep mengenai Sorga dan Neraka mengingat dalam konsep Panca Shrada ( lima keyakinan ) umat hindu mempercayai adanya Purnabawa ( Reingkarnasi ).
    Sorga dan Neraka dalam pandangan Hindu amat jarang diperbincangkan, karena agama Hindu kerap hanya dipahami meyakini hukum kharmaphala dan mempercayai Reinkarnasi atau kehidupan kembali setelah kematian, sehingga banyak orang meyakini bahwa Hindu tidak mengenal Sorga dan Neraka.
    Sesungguhnya konsep Sorga dan Neraka ada dalam ajaran Hindu. Namun ia bukan menjadi tujuan akhir dari manusia sehingga bagi orang Hindu tujuan akhir adalah bukan masuk Sorga, melainkan Moksha atau bersatunya jiwa (Atman) dengan Sang Maha Pencipta ( Brahman).
    Pertanyaannya yang kemudian muncul, lantas Sorga itu seperti apa dan untuk apa?. Sorga dalam Hindu seperti digambarkan dalam Weda; Adalah suatu tempat, satu dunia, dimana cahaya selalu bersinar, suatu masyarakat orang suci, dunia kebaikan, dunia abadi. Beberapa pemikiran mengatakan bahwa Sorga dan Neraka bukanlah tempat, melainkan suatu kondisi. Artinya, apabila kita dalam kondisi senang atau bahagia, itulah Sorga. Sebaliknya, apabila kita dalam kondisi sedih atau menderita, itulah Neraka. Mungkin hal tersebut ada benarnya.
    Dalam Kitab suci Weda disebutkan, Sorga dan Neraka adalah suatu tempat di balik dunia ini yang dibatasi oleh kematian. Dengan kata lain, Sorga dan Neraka akan kita temukan setelah kita melewati “jembatan“ yang bernama kematian. Secara harfiah, Sorga berasal dari kata Sanserketa “svar” dan “ga”. “Svar” artinya cahaya dan “ga” artinya pergi. Jadi svarga artinya perjalanan menuju cahaya. Di dalam Weda juga dikatakan bahwa Sorga adalah “dunia ketiga” yang penuh sinar dan cahaya. Sorga: persinggahan sementara. Dalam kitab suci Hindu dikatakan bahwa Sorga merupakan persinggahan sementara. Bahkan, menurut Swami Dayananda Saraswati, Sorga adalah pengalaman liburan. Bagawad Gita dalam hal ini mengatakan:”setelah menikmati Sorga yang luas , mereka kembali ke dunia. Sorga adalah kesenangan sementara, sedangkan kebahagiaan yang sejati adalah Moksha, bersatunya Atman (Jiwa) dengan Brahman (Sang Pencipta))

    ReplyDelete
  22. lanjutan......
    Neraka
    Menurut Hindu Neraka memang diperlukan. Ini adalah ungkapan yang sangat profokatif. Sebuah argumen mengatakan, apabila hasil yang diterima setiap orang sama entah itu baik atupun tidak dan mendapat imbalan yang sama lantas apa yang mendasari orang untuk selalu berbuat baik, berbuat berdasarkan Dharma.
    Neraka dalam pandangan agama semit digambarkan sebagai suatu tempat yang terletak jauh di dalam bumi. Ia adalah tempat penyiksaan yang sangat mengerikan berbentuk kawah api yang panasnya beribu kali lipat dari panas api di dunia. Roh- roh yang banyak melakukan dosa di dunia akan mengalami penyiksaan ditusuk dengan tombak dan dipukuli dengan palu godam. Di dalam Hindu sangat sedikit mantra ataupun sloka yang menjelaskan kosep Neraka mengingat Hindu mengakui terjadinya reinkarnasi atau proses kelahiran kembali dan konsep Moksha. Di Hindu Neraka dikatakan merupakan balasan yang diterima pada saat reinkarnasi atau dalam proses kelahiran kembali. Di dalamnya kita di berikan dua pilihan yang berdasar pada perbuatan kita pada masa hidup terdahulu, yaitu reinkarnasai Sorga atau reinkarnasi Neraka. Reinkarnasi Sorga ada dalam proses kelahiran kembali kita mendapatkan takdir yang lebih baik, sedangkan reinkarnasi Neraka apabila kita dilahirkan dengan takdir yang lebih buruk. Di Hindu kelainan fisik pada saat kelahiran dapat dijelaskan sebagai sebuah bentuk penebusan terhadap segala perbuatan yang buruk yang pada masa hidup yang pernah di lakukan. Konsep Sorga-Neraka seperti ini mungkin berbeda dengan konsep serupa dalam agama lain, yang menyatakan setiap manusia yang lahir adalah sebuah individu baru dan suci, ibarat buku belum ternoda oleh tinta kehidupan.
    Bagi umat Hindu, kehidupan ini adalah suatu perjalanan yang saling berhubungan dan berjalan terus menerus. Dalam kerangka Tuhan Maha Pengampun, Hindu menjelaskan setiap manusia selalu di berikan kesempatan untuk selalu memperbaiki dirinya dalam beberapa kali masa kehidupan untuk kemudian mencapai tujuan tertinggi dalam Hindu, yaitu Moksha.
    menurut filsafat : surga adalah keadaann pikian yang bahagia, asal pikiran seseorang bahagia berarti ia mendapatkan surga. surga itu tidak ada di dunia lain tetapi surga ada didunia ini yaitu ada di alam pikiran.
    menurut agama : surga adalah alam tempat dimana atman menikmati kegirangan dan kebahagiaan duniawi, jika manusia selalu berbuat baik di dunia ini kelak setelah mati, atmanya akan dijemput oleh widyadari-widyadari (bidadari) untuk dibawa kesurga. Selama di surga ia ditemani dan dilayani oleh para bidadari-bidadari cantik, apa yang ia ingin akan didapatkan disurga. di alam surga terdapat Kalpa Taru atau pohon kalpa yakni pohon yang selalu mengabulkan segala keinginan manusia.
    Namun saya merasa ketenangan dan kedamaian untuk orang Bali khususnya sudah sulit ditemui. Karena sudah banyak konflik-konflik yang terjadi antar sesama warga Bali. Jangankan dengan orang lain, dengan saudara sendiri pun masih kental dengan perselisihan. Jika ketenangan dan kedamaian tidak bisa dirasakan lagi, maka itulah yang disebut dengan neraka. Dimana yang kita rasakan adalah kemarahan, dengki serta iri hati yang membakar jiwa. Itu terjadi karena kesadaran masih sangat minim. Untuk itu, jika ingin mendapatkan sorga, maka sorga harus tertanam dalam pikiran masing-masing orang. Sekian pendapat saya, terima kasih.

    ReplyDelete
  23. Nama : Luh Wiruspandi
    Nim : 12.01.1.1.1047
    Semester : VI
    Manajemen / Executif

    Surga dan Neraka Dalam Agama Hindu.
    Tidak kita temukan gambaran neraka seperti itu. Lalu apakah orang baik dan orang jahat sama-sama masuk surga?. Bagaimana soal keadilan ditegakkan?. Dalam agama Hindu sebagaimana dijelaskan sebelumnya, setelah mati, jiwa kita (1) mencapai moksa atau (2) lahir kembali kedunia. Bila kita lahir kembali, maka dalam kelahiran itu kita menerima akibat- akibat dari perbuatan kita dari kehidupan yang terdahulu. Akibat baik atau akibat buruk.
    Disini dikenal istilah kelahiran surga dan kelahiran neraka. Kelahiran surga artinya dalam hidup ini kita menjadi orang yang beruntung dan berbahagia. Kelahiran neraka artinya dalam hidup ini kita akan menderita dan banyak mendapat kesulitan. Penderitaan itu sangat banyak jenisnya. Misalnya karena : sakit yang tidak dapat disembuhkan, penghianatan, kebencian, dendam, iri hati, sakit hati, dan kemarahan yang tak terkendali adalah bentuk neraka didunia ini.
    Pandangan Kritis tentang Surga dan Neraka.
    Gambaran neraka yang begitu kejam tampaknya muncul ketika peradaban masih rendah dan kesadaran moral juga baru tumbuh. Ketika itu manusia dipaksa untuk berbuat baik karena perbuatan buruk akan mendatangkan pembalasan yang sangat kejam. Dasarnya adalah rasa takut akan hukuman yang berlipat ganda.
    Ketika peradaban sudah lebih maju dan kesadaran moral sudah lebih tinggi, manusia berbuat baik karena menyadari sepenuhnya perbuatan buruk atau perbuatan jahat, akan membawa penderitaan bagi orang lain. Dasarnya adalah cinta dan hormat atas hidup orang lain.
    Dr. Franz Dahler, seorang rohaniwan Katholik mengatakan istilah tradisional dan sedikit usang itu membawa gambaran yang tidak memuaskan sama sekali, karena berdasar kepada ajaran agama yang tidak dewasa, seakan-akan ditujukan kepada anak kecil. Terbayang dalam benak kita semacam bangsal surgawi di atas langit, dimana kita bernyanyi dan terus memandang Tuhan yang berpakaian cemerlang. Itu khayalan bukan kenyataan. Surga adalah kegairahan hidup manusia dalam menerima dan memberi cinta kepada Tuhan dan manusia dalam menerima dan memberi cinta kepada Tuhan dan manusia. Sedangkan neraka adalah tempat dimana manusia tidak bisa mencintai lagi. Perang adalah neraka yang paling tepat. 5)
    Kaum sufi Islam mengatakan para penghuni surga adalah orang- orang yang berfikir sederhana (tolol). Menurut para sufi tujuan manusia yang sesungguhnya adalah persatuan dengan Tuhan (manunggaling kawula lan Gusti). Sedangkan sorga hanyalah ciptaan. Para penghuni surga adalah orang-orang yang menganggap kenilmatan jasmaniah (hubungan seks dan kenikmatan lidah) sebagai tujuan tertinggi. 6)
    Chairil Anwar, penyair yang paling terkemuka di Indonesia hingga dewasa ini meragukan surga semacam itu. Dalam sajaknya “Sorga” ia menceritakan bahwa ia dituntut untuk taat beragama dengan janji akan diberi surga, dimana ia dapat bercinta dengan para bidadari sambil minum susu sepuas hatinya. Pada bait kedua ia menulis:
    Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
    nekat mencemooh : Bisakah kiranya
    berkering dari kuyup laut biru,
    gamitan dari tiap pelabuhan gimana?
    Lagi siapa bisa mengatakan pasti
    di situ memang ada bidadari
    suaranya berat menelan seperti Nina,
    punya kerlingnya Jati?
    Dalam agama Hindu surga merupakan persinggahan sementara. Menurut Swami Dayananda Saraswati, surga adalah pengalaman liburan. Seperti seorang pergi ke Hawai atau ke Bali untuk bersenang-senang sebentar membelanjakan uangnya dan kemudian kembali ke rumahnya.
    Bhagavad Gita mengatakan :
    “Setelah menikmati surga yang luas, mereka kembali kedunia ini sesuai ajaran kitab suci. Demi kenikmatan mereka datang dan pergi”.
    Surga adalah kesenangan sementara (pleasure). Sedangkan kebahagiaan yang sejati (Joy atau happiness) adalah Moksha.
    terima kasih

    ReplyDelete
  24. nama" rudy
    nim: 12.01.1.1.1046
    jur: manajemen esekutif

    Didalam Veda, surga digambarkan sebagai tempat yang selalu terang, bersinar dan tidak pernah ada kegelapan, Tempat berkumpulnya orang-orang suci, merupakan dunia kebaikan dan bahkan terdapat keabadian seperti yang digambarkan dalam kitab suci Rgveda XI.113.8-11
    Dalam kitab-kitab purana seperti Vayu purana digambarkan bahwa surga memiliki 7 pintu gerbang bagi mereka yang melakukan :
    1. Tapa (pengendalian diri)
    2. Dana (melakukan pemberian dengan tulus ikhlas)
    3. Sama (memandang sama suka dan duka)
    4. Dama (tahan uji)
    5. Hrih (memiliki rasa malu)
    6. Arjawam (rendah hati)
    7. karuna (simpati) kepada semua mahluk
    menurut filsafat : surga adalah keadaann pikian yang bahagia, asal pikiran seseorang bahagia berarti ia mendapatkan surga. surga itu tidak ada di dunia lain tetapi surga ada didunia ini yaitu ada di alam pikiran. menurut agama : surga adalah alam tempat dimana atman menikmati kegirangan dan kebahagiaan duniawi, jika manusia selalu berbuat baik di dunia ini kelak setelah mati, atmanya akan dijemput oleh widyadari-widyadari (bidadari) untuk dibawa kesurga.
    menurut saya Neraka adalah alam pikiran dimana keadaan pikiran yang menderita, jika pikiran manusia menderita, berarti ia berada dialam neraka, neraka itu ada di dunia ini yaitu ada di alam pikiran manusia. Menurut Agama : Neraka adalah alam tempat atman menerima hukuman, alam ini berada diluar dunia ini yakni diantara pelanet-planet di luar angkasa. jika manusia dalam hidupnya didunia ini berkarma yang tidak baik, maka nantinya jika ia meninggal atmanya akan dijemput oleh sang cikrabala, sang jogormanik dan sang suratma, untuk dihadapkan kepada dewa yama dan diadili dan menerima keputusan dimanakah atmanya akan dihukum.
    Bali adalah sebuah pualu yang entahlah dengan sekian sebutan nama mulai dari Pulau seribu-pura. Pulau hindu ditengah samudera islam. The last paradise. Pulau Dewata. Paginya Dunia. Pulau Kedamaian. Pulau Cinta, pualu surga dan lain sebagainya namun masih pantaskah bali di katakan pulau surga bagi penduduk pribumi bali itu sendiri misalkan saja standar minimal makannya diukur dari nasi putih dan sayur bayam, kurang lebih Rp. 169.000,- per bulan dan ini belum pernah di rubah dari tempo doeloe, kini bali masih di katakan sebagai pulau surga namun hanya surga bagi orang – orang yang telah merampas bali dari kebaliannya bukan surga bagi orang- orang pribumi bali. Apakah bali bisa di katakan telah tercemar oleh semakin banyaknya orang – orang asing atau orang orang yang bukan pri bumi bali yang menguasai daerah bali,? apakah orang bali memberontak dengan semua itu, (belum bisa dikatakan) karena masyarakat bali masih terbawa suasana masih terhipnotis dengan semua fasilitas dan kemudahan yang telah di berikan oleh orang – orang yang merampas mereka yang tanpa mereka sadari mereka telah di telanjangi oleh semua itu. Inilah nerakanya bali orang bali di jajah oleh tanahnya sendiri tanpa pernah merasakan surganya bali itu sendiri seperti apa

    ReplyDelete
  25. NAMA: LUH GAMIARSI
    NIM:12.01.1.1968
    SMSTR:VI(ENAM)
    S1MANAJEMEN REGULER SORE

    Sebenarnya kita tidak bisa membayangkan bagaimana sebenarnya suasana di surga dan di neraka tapi sekarang kita memiliki kepercayaan yang meriilkan adanya surga dan neraka. Kenapa bali dikatakan surga karena semua yang kita inginkan ada dibali. Banyak yang bilang, Bali laksana surga dunia: kesenangan, keramahan, dan keindahannya. Semua gambaran indah-indah itu membawa Bali menjadi surga pariwisata. Tak sedikit wisatawan asing ataupun domestik lebih dari sekali berkunjung ke Bali. Pariwisata memang membuat Bali termasyur, Bali Subur , Bali Ngaur (Kacau) dan budaya Bali Luntur . Suatu daerah yang termasyur dimanapun itu berada tidak akan pernah terlepas dari apa yang disebut Rwa Bhineda (Dua hal yang berbeda) menurut ajaran Veda atau Hindu. Dari sudut pandang negative Bali disebut “Pulau Maksiat”, dengan adanya banyak kafe kini Bali mendapat Gelar baru “Pulau Seribu Kafe” meskipun jumlah kafe tidak mencapai seribu, suatu yang ironis Bali yang kecil terdapat banyak Kafe yang berkeliaran. Selain itu pula Bali disebut “Pusat Perdagangan Narkoba Di Indonesia”, Harian Bali Post pernah meberitakan hal ini, wisatawan yang datang tidak hanya bertujuan untuk berlibur tetapi juga berbisnis Narkoba diperuntukan bagi mereka yang berlibur sehingga liburan mereka lebih menyenangkan . Sebagai daerah tujuan Wisatawan Domestik dan Internasional berbagai persoalan dihadapi masyarakat Bali seperti : Derasnya arus pendatang, Bali kalah bersaing dengan pendatang, Bali menghadapi arus Globalisasi dan Kapitalisme yang semakin Dahsyat, Tingginya harga tanah, sehingga masyarakat Bali cenderung tergiur untuk menjual tanah leluhurnya sendiri. Jika hal ini terus terjadi maka suku Bali bisa punah seperti suku – suku kono di dunia, tergerus oleh tantangan masyarakat modern. Masyarakat bali mulai bersifat beringas,Bali mulai banyak konflik.perebutan kekayaan atau waris antara keluarga,Perebutan Pura keluarga,Perebutan Tanah Pura. Perebutan wilayah yang dikarenakan pemekaran desa Adat maupun desa dinas. perselisihan antar soroh , perebutan gelar soroh, dengan kata kasar perebutan Kasta yang melanggar ajaran Agama. Perebutan kuburan , misalnya; orang yang meninggal tidak dijinkan untuk disemayamkan di kuburan wilayah desa pakraman dikarenakan melanggar aturan desa Adat sehingga dikenakan sanksi “kesepekang” atau dikucilkan. Penduduk yang semakin membludak, meski masyarakat Bali sukses melaksanakan KB ternyata Jumlah penduduk di Bali terus meningkat, hal ini tidak lain dikarenakan penduduk pendatang , baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.Dengan adanya persoalan yang semakin pelik inilah yang disebut Neraka.

    ReplyDelete
  26. NAMA : GUSTI AYU PUTU SHERLY P.S
    NIM : 12.01.1.1.971
    KELAS : REGULER SORE
    SEMESTER : VI

    Dalam Agama Hindu. Sebenarnya kita tidak bisa membayangkan bagaimana sebenarnya suasana di surga dan di neraka tapi sekarang kita memiliki kepercayaan yang meriilkan adanya surga dan neraka.
    Tidak kita temukan gambaran neraka seperti itu. Lalu apakah orang baik dan orang jahat sama-sama masuk surga?. Bagaimana soal keadilan ditegakkan?. Dalam agama Hindu sebagaimana dijelaskan sebelumnya, setelah mati, jiwa kita (1) mencapai moksa atau (2) lahir kembali kedunia. Bila kita lahir kembali, maka dalam kelahiran itu kita menerima akibat- akibat dari perbuatan kita dari kehidupan yang terdahulu. Akibat baik atau akibat buruk.
    Disini dikenal istilah kelahiran surga dan kelahiran neraka. Kelahiran surga artinya dalam hidup ini kita menjadi orang yang beruntung dan berbahagia. Kelahiran neraka artinya dalam hidup ini kita akan menderita dan banyak mendapat kesulitan. Penderitaan itu sangat banyak jenisnya. Misalnya karena : sakit yang tidak dapat disembuhkan, penghianatan, kebencian, dendam, iri hati, sakit hati, dan kemarahan yang tak terkendali adalah bentuk neraka didunia ini.
    pandangan Hindu mengenai konsep Sorga dan Neraka. Banyak umat Hindu beranggapan bahwa di dalam ajaran Hindu tidak ada dan tidak dikenal konsep mengenai Sorga dan Neraka mengingat dalam konsep Panca Shrada ( lima keyakinan ) umat hindu mempercayai adanya Purnabawa ( Reingkarnasi ).

    Sorga dan Neraka dalam pandangan Hindu amat jarang diperbincangkan, karena agama Hindu kerap hanya dipahami meyakini hukum kharmaphala dan mempercayai Reinkarnasi atau kehidupan kembali setelah kematian, sehingga banyak orang meyakini bahwa Hindu tidak mengenal Sorga dan Neraka.

    Sesungguhnya konsep Sorga dan Neraka ada dalam ajaran Hindu. Namun ia bukan menjadi tujuan akhir dari manusia sehingga bagi orang Hindu tujuan akhir adalah bukan masuk Sorga, melainkan Moksha atau bersatunya jiwa (Atman) dengan Sang Maha Pencipta ( Brahman).
    Pertanyaannya yang kemudian muncul, lantas Sorga itu seperti apa dan untuk apa?. Sorga dalam Hindu seperti digambarkan dalam Weda; Adalah suatu tempat, satu dunia, dimana cahaya selalu bersinar, suatu masyarakat orang suci, dunia kebaikan, dunia abadi.
    Beberapa pemikiran mengatakan bahwa Sorga dan Neraka bukanlah tempat, melainkan suatu kondisi. Artinya, apabila kita dalam kondisi senang atau bahagia, itulah Sorga. Sebaliknya, apabila kita dalam kondisi sedih atau menderita, itulah Neraka. Mungkin hal tersebut ada benarnya.
    Dalam Kitab suci Weda disebutkan, Sorga dan Neraka adalah suatu tempat di balik dunia ini yang dibatasi oleh kematian. Dengan kata lain, Sorga dan Neraka akan kita temukan setelah kita melewati “jembatan“ yang bernama kematian. Secara harfiah, Sorga berasal dari kata Sanserketa “svar” dan “ga”. “Svar” artinya cahaya dan “ga” artinya pergi. Jadi svarga artinya perjalanan menuju cahaya. Di dalam Weda juga dikatakan bahwa Sorga adalah “dunia ketiga” yang penuh sinar dan cahaya.

    ReplyDelete
  27. NAMA : GUSTI AYU PUTU SHERLY P.S
    NIM : 12.01.1.1.971
    KELAS : REGULER SORE
    SEMESTER : VI

    Sorga: persinggahan sementara

    Dalam kitab suci Hindu dikatakan bahwa Sorga merupakan persinggahan sementara. Bahkan, menurut Swami Dayananda Saraswati, Sorga adalah pengalaman liburan. Bagawad Gita dalam hal ini mengatakan:”setelah menikmati Sorga yang luas , mereka kembali ke dunia. Sorga adalah kesenangan sementara, sedangkan kebahagiaan yang sejati adalah Moksha, bersatunya Atman (Jiwa) dengan Brahman (Sang Pencipta))

    Neraka Menurut Hindu

    Neraka memang diperlukan. Ini adalah ungkapan yang sangat profokatif. Sebuah argumen mengatakan, apabila hasil yang diterima setiap orang sama—entah itu baik atupun tidak dan mendapat imbalan yang sama—lantas apa yang mendasari orang untuk selalu berbuat baik, berbuat berdasarkan Dharma.

    Neraka dalam pandangan agama semit digambarkan sebagai suatu tempat yang terletak jauh di dalam bumi. Ia adalah tempat penyiksaan yang sangat mengerikan berbentuk kawah api yang panasnya beribu kali lipat dari panas api di dunia. Roh- roh yang banyak melakukan dosa di dunia akan mengalami penyiksaan ditusuk dengan tombak dan dipukuli dengan palu godam.
    Di dalam Hindu sangat sedikit mantra ataupun sloka yang menjelaskan kosep Neraka mengingat Hindu mengakui terjadinya reinkarnasi atau proses kelahiran kembali dan konsep Moksha. Di Hindu Neraka dikatakan merupakan balasan yang diterima pada saat reinkarnasi atau dalam proses kelahiran kembali. Di dalamnya kita di berikan dua pilihan yang berdasar pada perbuatan kita pada masa hidup terdahulu, yaitu reinkarnasai Sorga atau reinkarnasi Neraka.
    Reinkarnasi Sorga ada dalam proses kelahiran kembali kita mendapatkan takdir yang lebih baik, sedangkan reinkarnasi Neraka apabila kita dilahirkan dengan takdir yang lebih buruk. Di Hindu kelainan fisik pada saat kelahiran dapat dijelaskan sebagai sebuah bentuk penebusan terhadap segala perbuatan yang buruk yang pada masa hidup yang pernah di lakukan.
    Konsep Sorga-Neraka seperti ini mungkin berbeda dengan konsep serupa dalam agama lain, yang menyatakan setiap manusia yang lahir adalah sebuah individu baru dan suci, ibarat buku belum ternoda oleh tinta kehidupan.

    Bagi umat Hindu, kehidupan ini adalah suatu perjalanan yang saling berhubungan dan berjalan terus menerus. Dalam kerangka Tuhan Maha Pengampun, Hindu menjelaskan setiap manusia selalu di berikan kesempatan untuk selalu memperbaiki dirinya dalam beberapa kali masa kehidupan untuk kemudian mencapai tujuan tertinggi dalam Hindu, yaitu Moksha.

    ReplyDelete
  28. NAMA : SUSANTI NUGRAHANI
    NIM : 12.01.1.1.969
    KELAS : REGULER SORE
    SEMESTER : VI

    Surga dan neraka menurut mitologi hindu- surga dan neraka??? ada kah orang yang pernah kesana??? dimanakah surga dan neraka itu? mendengar 2 kata tersebut, apa yang terlintas dipirkiran anda? dosa, perbuatan baik, amal? memang semua itu adalah rahasia tuhan. dan kali ini saya akan mencoba untuk menjelaskan surga dan neraka menurut mitologi hindu yang saya ketahui melalui pelajaran agama hindu yang saya dapatkan di sekolah.
    • SURGA
    Didalam Veda, surga digambarkan sebagai tempat yang selalu terang, bersinar dan tidak pernah ada kegelapan, Tempat berkumpulnya orang-orang suci, merupakan dunia kebaikan dan bahkan terdapat keabadian seperti yang digambarkan dalam kitab suci Rgveda XI.113.8-11
    Dalam kitab-kitab purana seperti Vayu purana digambarkan bahwa surga memiliki 7 pintu gerbang bagi mereka yang melakukan :
    1. Tapa (pengendalian diri)
    2. Dana (melakukan pemberian dengan tulus ikhlas)
    3. Sama (memandang sama suka dan duka)
    4. Dama (tahan uji)
    5. Hrih (memiliki rasa malu)
    6. Arjawam (rendah hati)
    7. karuna (simpati) kepada semua mahluk

    menurut filsafat : surga adalah keadaann pikian yang bahagia, asal pikiran seseorang bahagia berarti ia mendapatkan surga. surga itu tidak ada di dunia lain tetapi surga ada didunia ini yaitu ada di alam pikiran.
    menurut agama : surga adalah alam tempat dimana atman menikmati kegirangan dan kebahagiaan duniawi, jika manusia selalu berbuat baik di dunia ini kelak setelah mati, atmanya akan dijemput oleh widyadari-widyadari (bidadari) untuk dibawa kesurga. Selama di surga ia ditemani dan dilayani oleh para bidadari-bidadari cantik, apa yang ia ingin akan didapatkan disurga. di alam surga terdapat Kalpa Taru atau pohon kalpa yakni pohon yang selalu mengabulkan segala keinginan manusia.
    • NERAKA
    • Neraka adalah alam pikiran dimana keadaan pikiran yang menderita, jika pikiran manusia menderita, berarti ia berada dialam neraka, neraka itu ada di dunia ini yaitu ada di alam pikiran manusia.
    Menurut Agama : Neraka adalah alam tempat atman menerima hukuman, alam ini berada diluar dunia ini yakni diantara pelanet-planet di luar angkasa. jika manusia dalam hidupnya didunia ini berkarma yang tidak baik, maka nantinya jika ia meninggal atmanya akan dijemput oleh sang cikrabala, sang jogormanik dan sang suratma, untuk dihadapkan kepada dewa yama dan diadili dan menerima keputusan dimanakah atmanya akan dihukum.

    Menurut ajaran Agama Hindu bahwa tuhan yang maha adil, memberikan rahkmat kepada manusia yang bertingkah laku yang baik dan memberikna hukuman kepada manusia yang berbuat yang tidak baik atau dosa, sebab dalam ajaran agama sudah memberikan rambu-rambu mana yang boleh dilakukan manusia dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh manusia. seperti pada perempatan jalan, apabila sudah diberi tanda lampu merah, kita tidak boleh melewatinya apabila kita melanggarnya maka kita akan mendapatkan tilang dari pihak kepolisian. asalkan kita selalu taat (takwa) kepada semua peraturan yang berlaku maka kita akan selalu berada di jalanNYA dan terbebas dari alam neraka.


    ReplyDelete
  29. Nama : SRI INDRAWATI
    Nim : 12.01.1.1.963
    Semester : VI (enam)
    Jurusan : Manajemen Reg. sore

    Pandangan Hindu mengenai konsep Sorga dan Neraka. Banyak umat Hindu beranggapan bahwa di dalam ajaran Hindu tidak ada dan tidak dikenal konsep mengenai Sorga dan Neraka mengingat dalam konsep Panca Shrada ( lima keyakinan ) umat hindu mempercayai adanya Purnabawa ( Reingkarnasi ).
    Sorga dan Neraka dalam pandangan Hindu amat jarang diperbincangkan, karena agama Hindu kerap hanya dipahami meyakini hukum kharmaphala dan mempercayai Reinkarnasi atau kehidupan kembali setelah kematian, sehingga banyak orang meyakini bahwa Hindu tidak mengenal Sorga dan Neraka.
    Sesungguhnya konsep Sorga dan Neraka ada dalam ajaran Hindu. Namun ia bukan menjadi tujuan akhir dari manusia sehingga bagi orang Hindu tujuan akhir adalah bukan masuk Sorga, melainkan Moksha atau bersatunya jiwa (Atman) dengan Sang Maha Pencipta ( Brahman).
    Pertanyaannya yang kemudian muncul, lantas Sorga itu seperti apa dan untuk apa?. Sorga dalam Hindu seperti digambarkan dalam Weda; Adalah suatu tempat, satu dunia, dimana cahaya selalu bersinar, suatu masyarakat orang suci, dunia kebaikan, dunia abadi.
    Beberapa pemikiran mengatakan bahwa Sorga dan Neraka bukanlah tempat, melainkan suatu kondisi. Artinya, apabila kita dalam kondisi senang atau bahagia, itulah Sorga. Sebaliknya, apabila kita dalam kondisi sedih atau menderita, itulah Neraka. Mungkin hal tersebut ada benarnya.
    Dalam Kitab suci Weda disebutkan, Sorga dan Neraka adalah suatu tempat di balik dunia ini yang dibatasi oleh kematian. Dengan kata lain, Sorga dan Neraka akan kita temukan setelah kita melewati “jembatan“ yang bernama kematian. Secara harfiah, Sorga berasal dari kata Sanserketa “svar” dan “ga”. “Svar” artinya cahaya dan “ga” artinya pergi. Jadi svarga artinya perjalanan menuju cahaya. Di dalam Weda juga dikatakan bahwa Sorga adalah “dunia ketiga” yang penuh sinar dan cahaya.

    ReplyDelete
  30. Nama : SRI INDRAWATI
    Nim : 12.01.1.1.963
    Semester : VI (enam)
    Jurusan : Manajemen Reg. sore
    Sorga: persinggahan sementara
    Dalam kitab suci Hindu dikatakan bahwa Sorga merupakan persinggahan sementara. Bahkan, menurut Swami Dayananda Saraswati, Sorga adalah pengalaman liburan. Bagawad Gita dalam hal ini mengatakan:”setelah menikmati Sorga yang luas , mereka kembali ke dunia. Sorga adalah kesenangan sementara, sedangkan kebahagiaan yang sejati adalah Moksha, bersatunya Atman (Jiwa) dengan Brahman (Sang Pencipta))
    Neraka Menurut Hindu
    Neraka memang diperlukan. Ini adalah ungkapan yang sangat profokatif. Sebuah argumen mengatakan, apabila hasil yang diterima setiap orang sama—entah itu baik atupun tidak dan mendapat imbalan yang sama—lantas apa yang mendasari orang untuk selalu berbuat baik, berbuat berdasarkan Dharma.
    Neraka dalam pandangan agama semit digambarkan sebagai suatu tempat yang terletak jauh di dalam bumi. Ia adalah tempat penyiksaan yang sangat mengerikan berbentuk kawah api yang panasnya beribu kali lipat dari panas api di dunia. Roh- roh yang banyak melakukan dosa di dunia akan mengalami penyiksaan ditusuk dengan tombak dan dipukuli dengan palu godam.
    Di dalam Hindu sangat sedikit mantra ataupun sloka yang menjelaskan kosep Neraka mengingat Hindu mengakui terjadinya reinkarnasi atau proses kelahiran kembali dan konsep Moksha. Di Hindu Neraka dikatakan merupakan balasan yang diterima pada saat reinkarnasi atau dalam proses kelahiran kembali. Di dalamnya kita di berikan dua pilihan yang berdasar pada perbuatan kita pada masa hidup terdahulu, yaitu reinkarnasai Sorga atau reinkarnasi Neraka.
    Reinkarnasi Sorga ada dalam proses kelahiran kembali kita mendapatkan takdir yang lebih baik, sedangkan reinkarnasi Neraka apabila kita dilahirkan dengan takdir yang lebih buruk. Di Hindu kelainan fisik pada saat kelahiran dapat dijelaskan sebagai sebuah bentuk penebusan terhadap segala perbuatan yang buruk yang pada masa hidup yang pernah di lakukan.
    Konsep Sorga-Neraka seperti ini mungkin berbeda dengan konsep serupa dalam agama lain, yang menyatakan setiap manusia yang lahir adalah sebuah individu baru dan suci, ibarat buku belum ternoda oleh tinta kehidupan.
    Bagi umat Hindu, kehidupan ini adalah suatu perjalanan yang saling berhubungan dan berjalan terus menerus. Dalam kerangka Tuhan Maha Pengampun, Hindu menjelaskan setiap manusia selalu di berikan kesempatan untuk selalu memperbaiki dirinya dalam beberapa kali masa kehidupan untuk kemudian mencapai tujuan tertinggi dalam Hindu, yaitu Moksha.
    Untuk itu, Banyak-banyaklah bertobat,memelihara kesucian,kesopanan pikiran,perasaan,perkataan dan perbuatan,lemah lembut,kasih,banyak-banyaklah berbuat baik tak henti-henti,pikiran,perkataan dan perbuatan baik di BUMI ini,sebab jika kita sudah mati,habis sudah kesempatan kita tuk berbuat baik. Tinggallah roh sukma sarira kita yang akan dihakimi menurut perbuatan kita.
    Pergi ke surga tidaklah bergandeng-gandengan seperti kereta gerbong hendak berlibur sahaja. Orang tua tak bisa menolong anaknya, Istri tak bisa menolong suaminya. Kakak tak bisa menolong adiknya, Pria tak bisa menolong pacar kekasih hatinya. Kita pergi ke sana sendiri-sendiri. Hanya diri kita sendiri yang bisa menolong kita (melalui segala perbuatan kita semasih hidup di bumi ini). Hanya Tuhan satu-satunya “Harta” kita.
    Sebab surga itu mahal harganya. Barang bagus,istimewa dan berkualitas saja selalu mahal harganya. Apalagi Surga?, Hanya bisa dibeli dengan kasih tulus kita kepadaNya. Jika ada istri pejabat yang memiliki perhiasan permata berlian di bumi ini seharga 21 miliar, kehidupan di surga takkan lah bisa dibeli dengan apapun dan siapapun,sebab jalanan-jalanan disana saja terbuat dari batu ruby dan kristal-kristal kecubung yang indah bercahaya. Janganlah kita hanya sampai disurga, dan itu pun disurga tingkat yang paling rendah,dimana surganya kelam muram dan tak bercahaya,surga yang orang masuk kedalamnya dengan perasaan malu-malu. Sebab malu banyak salahnya ketika dibumi dan tahu diri merasa tak pantas masuk surga.


    ReplyDelete
  31. Nama : Putu Eka Pratama Mandala Putra
    Nim : 13.01.1.1.170
    Jurusan : Manajemen (reg Sore)
    Semester : Ampulen

    Di Mancanegara Bali adalah surga dunia disebut surga karena :
    1. Pulau yang indah.
    disebut pulau yang indah karena pulau kecil dengan sejuta keindahan hampir semua daerah di Bali memiliki keindahan masing-masing yang tentunya dikenal di Mancanegara, segala bentuk keindahan mulai dari gunung, sawah, dan pantai Bali memiliki banyak pantai seperti pantai Kuta,Lovina, dan banyak lagi yang tentunya sudah terkenal di Mancanegara bahkan tujuan turis-turis ke Indonesia adalah ke Bali
    2. Pulau beribu Pura
    di mana pulau bali di kelilingi oleh pura yang memliki keunikan masing-masing dan tanpa mengurangi unsur kesakralannya, banyak pura besar seperti Besakih yang banyak di kunjungi turis-turis luar, tentunya harus mengikuti adat-istiadat di daerah tersebut dan sesuai dengan awig-awig desa pakraman di pura tersebut dan tidak merusak area pura.
    3. Kebudayaan dan adat istiadat
    Hanya Bali yang memiliki hari raya nyepi, dimana pada saat itu semua aktivitas duniawi dihentikan 24 jam seperti penerbangan, kantor-kantor harus tutup pada saat itu. sangat beruntung turis-turis luar negeri berada di Bali pada saat hari raya nyepi karena dapat melihat hening dan khusyuk hari raya nyepi bahkan sebelum nyepi juga banyak ada tradisi seperti melis, ogoh-ogoh, dan lain-lain
    4. Penduduk yang ramah
    Itu jarang ditemui di pulau manapun yang memiliki penduduk yang ramah, tentunya orang luar Bali merasa nyaman tinggal di Bali yang jarang terjadi kriminalitas dan orang Bali sangat mendukung Hak Asasi Manusia tentunya masyarakat Bali meyakini adanya karma Phala

    Hal itu yang membuat Bali di juluki surga dunia
    Jika Bali itu surga maka neraka itu seperti wilayah yang jarang berpenduduk tidak dapat tempat yang nyaman dan tempat yang indah. Banyak terjadi kriminalitas itu dikarenakan orang-orang yang menghuni tidak memiliki etika dan agama yang mendasari perilakunya.

    ReplyDelete
  32. NAMA : KETUT MULIAWATI
    NIS : 12.01.1.1.970
    SMESTER VI REGULER SORE
    Dalam ceramah-ceramah agama, surga dan neraka ini banyak sekali disebut-sebut, tapi paling sedikit dijelaskan. Orang-orang yang rajin beribadat serta berbuat baik dalam hidupnya di dunia ini nanti setelah mati akan mendapat surga. Sebaliknya, orang-orang yang mengabaikan ibadat dan berbuat buruk di dunia ini kelak setelah mati akan masuk neraka.
    Dalam percakapan sehari-hari sering kita dengar orang berkata “seperti di surga rasanya” atau “seperti di neraka rasanya”
    Tapi dan bagaimana surga itu? Dimanakah neraka? dan apakah Moksha?
    Kalau kita membeli rumah, kita harus tahu dimana letaknya, berapa luasnya, bahan bangunannya dari apa serta apa isinya. Tentu saja kita tidak mungkin ke surga sebelum kita mati. Tapi paling sedikit kita harus tahu “denah dan gambarannya”, melalui apa yang dikatakan agama-agama tentangnya.
    Surga menurut Agama Yahudi.
    Tujuan akhir kehidupan menurut agama Yahudi adalah pembaharuan pemerintahan Yahweh (Tuhan Yahudi) atas kerajaan duniawi dengan seorang Mesias duniawi (utusan Tuhan yang akan datang ke bumi) sebagai kepala kerajaan. Di dalam kerajaan duniawi yang dipimpin oleh Mesias itu, orang Yahudi dan orang kafir (non-Yahudi) akan memelihara Torah (kitab suci agama Yahudi).
    Barang siapa didunia memelihara Torah akan masuk surga, ke Taman Eden. Barang siapa di sini tidak memelihara Torah, ia menuju tempat hukuman yang disebut Gehinom (neraka) 1)
    Surga menurut Agama Kristen.
    Tujuan akhir kehidupan menurut agama Kristen hampir mirip dengan tujuan hidup agama Yahudi, yaitu adanya Kerajaan Allah di bumi ini. Yesus Kristus adalah kepala Kerajaan itu. Dewasa ini kerajaan itu masih tersembunyi. Raja kerajaan itu juga masih tersembunyi. Rakyat kerajaan itu sekarang masih dalam pergumulan antara Kerajaan Allah dengan Kerajaan Kegelapan (setan?). Nanti Kepala Kerajaan yang tersembunyi itu akan nampak. Yesus Kristus datang kembali ke dunia ini. Waktu itu akan terjadi kiamat dan hari Pengadilan terakhir. Dunia ini akan hancur/ binasa terbakar. Dan setelah itu akan muncul satu dunia baru, langit baru, dan bumi baru, kota Yerusalem baru yang turun dari surga. Kota ini dikelilingi oleh tembok besar dan tinggi. Pintu gerbangnya dua belas buah dan di atas pintu gerbang itu tertulis nama kedua belas suku Israel.
    Namun sebelum turunnya kota Yerusalem baru ini terjadi peperangan antara Mikhael melawan naga berkepala sepuluh dan bertanduk tujuh. Masing-masing pihak dibantu oleh malaikat- malaikatnya. Ada peperangan antara orang-orang kudus melawan seekor binatang yang keluar dari laut, seperti macan tutul bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh. Binatang ini diberikan kekuatan, tahta dan kekuasaan oleh naga yang telah siuman. Dari bumi keluar binatang bertanduk dua dan berbicara seperti naga yang menyesatkan seluruh penghuni bumi.
    Siapakah yang masuk surga? Pintu surga akan terbuka lebar bagi orang-orang buta, lumpuh, orang-orang sakit kusta (Lukas 14:13-21). Dan orang-orang kaya sulit masuk surga, lebih sulit dari seekor unta masuk lubang jarum. 2)

    ReplyDelete
  33. NAMA : KETUT MULIAWATI
    NIS : 12.01.1.1.970
    SMESTER VI REGULER SORE
    LANJUTAN 
    Surga menurut agama Islam.
    Islam memberikan keterangan yang sangat rinci tentang surga. Dalam agama Islam surga digambarkan memiliki 8 pintu. Surga terdiri dari 100 tingkat. Di surga mengalir sungai yang jernih airnya, sungai madu, sungai susu dan sungai arak (khamar atau alkohol). Ada pohon buah-buahan yang mengikuti kemana penghuni surga pergi. Mereka dilayani oleh laki-laki muda yang memberikan mereka minuman yang dicampur dengan jahe. Para penghuni surga itu memiliki tempat barang dan sisir yang terbuat dari emas. Mereka juga memiliki pendupaan yang dibuat dari kayu gaharu.
    Para penghuni surga makan dan minum. Tapi mereka tidak pernah buang air besar atau kecil. Keringat mereka berupa semacam minyak wangi. Hidangan pertama yang disajikan ketika pertama kali masuk surga adalah sup sirip ikan hiu.
    Para lelaki muslim yang masuk surga diberikan istri-istri (beberapa istri) yang diciptakan dari bidadari yang masih perawan yang belum pernah disentuh sebelumnya bahkan oleh malaikat.
    Surga Islam itu tampaknya memang surga untuk kaum lelaki. Tapi para wanita Islam tentu juga mendapat surga. Hanya saja para wanita muslim ini tidak diberikan pasangan laki-laki. Tidak ada penjelasan tentang hal ini.
    Siapakah Masuk Surga? Dalam satu hadis disebutkan, ketika Nabi Muhammad, nabi orang Islam itu melihat ke surga, penghuninya kebanyakan orang-orang fakir (miskin). Orang miskin yang pasrah lebih cepat 500 tahun sampai di surga dibandingkan dengan orang Islam yang kaya. 3).
    Dan melihat ke neraka kebanyakan penghuninya adalah wanita. Kenapa penghuni neraka kebanyakan wanita? Karena wanita lebih tertarik kepada perhiasan duniawi. 4)
    Surga tak ubahnya sebuah kampung di bumi ini di mana para penghuninya hidup bersantai-santai sambil menghabiskan waktu untuk makan dan minum dan bersenang-senang dengan istri-istrinya yang baru yang dibuat dari para bidadari.
    Apakah Neraka?
    Neraka, menurut agama rumpun Yahudi, biasanya digambarkan sebagai suatu tempat yang terletak jauh di dalam bumi. Neraka adalah tempat penyiksaan yang sangat mengerikan. Di neraka terdapat kawah api yang terus berkobar-kobar yang panasnya seratus kali api bumi. Di sini roh-roh malang itu dipanggang. Di Neraka juga disediakan jenis penyiksaan yang lain, misalnya ditusuk dengan tombak atau dipukuli dengan palu godam.
    Berapa lama roh-roh malang itu disiksa?
    Tergantung dari kejahatan yang dilakukan di muka bumi. Ada yang singkat ada juga yang selama-lamanya.
    Jika penghukum dengan cara penyiksaan itu dilakukan oleh manusia atau oleh suatu pemerintah di dunia ini, maka ia akan dikutuk sebagai orang atau pemerintah yang tidak beradab, sangat kejam, sadis dan tidak berperikemanusiaan sedikitpun.
    Lalu, apakah betul, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang itu, menciptakan alat penyiksa atau melakukan penyiksaan dengan cara begitu kejam?. Bagaimanakah wajah Tuhan ketika Ia menjalankan mesin penyiksa itu untuk menggilas roh-roh yang telah Ia tetapkan nasibnya ketika Dia meniupkannya ke dalam tubuh manusia?, Apakah wajah-Nya memancarkan cahaya kasih atau menyemprotkan api kebencian?.

    ReplyDelete
  34. NAMA : KETUT MULIAWATI
    NIS : 12.01.1.1.970
    SMESTER VI REGULER SORE
    LANJUTAN 
    Surga dan Neraka Dalam Agama Hindu.
    Tidak kita temukan gambaran neraka seperti itu. Lalu apakah orang baik dan orang jahat sama-sama masuk surga?. Bagaimana soal keadilan ditegakkan?. Dalam agama Hindu sebagaimana dijelaskan sebelumnya, setelah mati, jiwa kita (1) mencapai moksa atau (2) lahir kembali kedunia. Bila kita lahir kembali, maka dalam kelahiran itu kita menerima akibat- akibat dari perbuatan kita dari kehidupan yang terdahulu. Akibat baik atau akibat buruk.
    Disini dikenal istilah kelahiran surga dan kelahiran neraka. Kelahiran surga artinya dalam hidup ini kita menjadi orang yang beruntung dan berbahagia. Kelahiran neraka artinya dalam hidup ini kita akan menderita dan banyak mendapat kesulitan. Penderitaan itu sangat banyak jenisnya. Misalnya karena : sakit yang tidak dapat disembuhkan, penghianatan, kebencian, dendam, iri hati, sakit hati, dan kemarahan yang tak terkendali adalah bentuk neraka didunia ini.
    Pandangan Kritis tentang Surga dan Neraka.
    Gambaran neraka yang begitu kejam tampaknya muncul ketika peradaban masih rendah dan kesadaran moral juga baru tumbuh. Ketika itu manusia dipaksa untuk berbuat baik karena perbuatan buruk akan mendatangkan pembalasan yang sangat kejam. Dasarnya adalah rasa takut akan hukuman yang berlipat ganda.
    Ketika peradaban sudah lebih maju dan kesadaran moral sudah lebih tinggi, manusia berbuat baik karena menyadari sepenuhnya perbuatan buruk atau perbuatan jahat, akan membawa penderitaan bagi orang lain. Dasarnya adalah cinta dan hormat atas hidup orang lain.
    Dr. Franz Dahler, seorang rohaniwan Katholik mengatakan istilah tradisional dan sedikit usang itu membawa gambaran yang tidak memuaskan sama sekali, karena berdasar kepada ajaran agama yang tidak dewasa, seakan-akan ditujukan kepada anak kecil. Terbayang dalam benak kita semacam bangsal surgawi di atas langit, dimana kita bernyanyi dan terus memandang Tuhan yang berpakaian cemerlang. Itu khayalan bukan kenyataan. Surga adalah kegairahan hidup manusia dalam menerima dan memberi cinta kepada Tuhan dan manusia dalam menerima dan memberi cinta kepada Tuhan dan manusia. Sedangkan neraka adalah tempat dimana manusia tidak bisa mencintai lagi. Perang adalah neraka yang paling tepat. 5)
    Kaum sufi Islam mengatakan para penghuni surga adalah orang- orang yang berfikir sederhana (tolol). Menurut para sufi tujuan manusia yang sesungguhnya adalah persatuan dengan Tuhan (manunggaling kawula lan Gusti). Sedangkan sorga hanyalah ciptaan. Para penghuni surga adalah orang-orang yang menganggap kenilmatan jasmaniah (hubungan seks dan kenikmatan lidah) sebagai tujuan tertinggi. 6)
    Chairil Anwar, penyair yang paling terkemuka di Indonesia hingga dewasa ini meragukan surga semacam itu. Dalam sajaknya “Sorga” ia menceritakan bahwa ia dituntut untuk taat beragama dengan janji akan diberi surga, dimana ia dapat bercinta dengan para bidadari sambil minum susu sepuas hatinya. Pada bait kedua ia menulis:
    Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
    nekat mencemooh : Bisakah kiranya
    berkering dari kuyup laut biru,
    gamitan dari tiap pelabuhan gimana?
    Lagi siapa bisa mengatakan pasti
    di situ memang ada bidadari
    suaranya berat menelan seperti Nina,
    punya kerlingnya Jati?
    Dalam agama Hindu surga merupakan persinggahan sementara. Menurut Swami Dayananda Saraswati, surga adalah pengalaman liburan. Seperti seorang pergi ke Hawai atau ke Bali untuk bersenang-senang sebentar membelanjakan uangnya dan kemudian kembali ke rumahnya.
    Bhagavad Gita mengatakan :
    “Setelah menikmati surga yang luas, mereka kembali kedunia ini sesuai ajaran kitab suci. Demi kenikmatan mereka datang dan pergi”.
    Surga adalah kesenangan sementara (pleasure). Sedangkan kebahagiaan yang sejati (Joy atau happiness) adalah Moksha.

    ReplyDelete
  35. NAMA : MADE DEWI ADNYANI
    NIS : 12.01.1.1.987
    SMESTER VI REGULER SORE
    Pujian sebagai ‘surga’ dan kecaman sebagai ‘neraka’ sering kali dilekatkan pada Bali.
    Sejak era 1920-an, Bali dijuluki sebagai pulau ‘surga’. Keindahan alam dan eksotisme masyarakatnya dikemas kemudian dijual di pasar pariwisata global. Selanjutnya, lahir antitesis yang menyatakan Bali tidak lagi merupakan surga. Sebaliknya, Bali justru telah berubah menjadi ‘surga yang hilang’ (lost paradise) atau bahkan ‘neraka’ bagi para turis yang datang. Tulisan Andrew Marshall di media internasional, misalnya, membuat pemerintah Bali kelabakan merespon dan mengembalikan citra Bali sebagai ‘surga’.
    Bagi industri pariwisata, citra surga atau neraka sebenarnya sama pentingnya dalam mendongkrak laju bisnis. Seperti sebuah dialektika, proses ‘penjualan’ Bali memang tidak boleh tergantung pada satu tesis mapan, yakni citra sebagai ‘surga.’ Kejenuhan pada label ‘surga’ ini, ada kalanya, dibutuhkan inovasi untuk membuat ‘barang dagangan’ terlihat lebih dinamis. Dengan demikian turis menjadi penasaran untuk datang menyaksikan secara langsung tentang apa yang telah terjadi di ‘surga.’
    Label ‘surga’ berubah menjadi ‘surga yang hilang’ (lost paradise) merupakan hasil formulasi bahasa marketing untuk mengajak semakin banyak turis menikmati Bali sebelum ia benar-benar hilang dari peta tujuan wisata dunia.
    Ngemplang Turis
    Belakangan ini, perdebatan tentang Bali dalam konteks industri pariwisata kembali terjadi. Masih seperti sebelum-sebelumnya, perdebatan kali ini juga berlangsung di kalangan ‘ksatria’ (para elite) menggunakan bahasa ‘kawi’ (Inggris). Sedangkan, masyarakat Bali kebanyakan sering kali tidak mampu mengakses perdebatan tersebut karena para ‘punakawan’ (intelektual kelas menengah) lebih senang untuk mencari posisi aman ketika kontroversi industri pariwisata terjadi.
    Terdapat dua posisi yang saling berkontestasi dalam hal ini. Posisi pertama diwakili ‘ksatria kerajaan’ pariwisata di Bali, yakni IB. Ngurah Wijaya. Wijaya adalah Ketua Bali Tourism Board (BTB), lembaga non-pemerintah yang menjadi vanguard bagi pengembangan industri pariwisata Bali.
    Dalam sebuah wawancara yang dimuat harian berbahasa Inggris, IB. Ngurah Wijaya menyatakan bahwa Bali belakangan ini penuh sesak oleh turis-turis pelit. Wijaya mengatakan masa kunjungan dan pengeluaran turis selama di Bali mengalami penurunan signifikan. Menurutnya, kerumunan turis pelit ini memiliki kontribusi sangat minim terhadap ekonomi Bali, lebih tepatnya bagi para pengusaha. Kedatangan mereka justru memperparah permasalahan kronis Bali, seperti kemacetan dan sampah.
    Posisi kedua diwakili oleh Vyt Karazija, seorang eskpatriat, yang menuliskan opininya di sebuah media berbahasa Inggris di Bali. Dia mengomentari pendapat IB. Ngurah Wijaya. Vyt menggunakan sudut pandang turis-turis yang datang ke Bali. Mereka dibuat shock oleh berbagai permasalahan sosial dan lingkungan di Bali yang tidak pernah disebutkan dalam brosur-brosur perjalanan wisata. Misalnya, supir taksi ataupun money-changer yang tidak segan-segan ngemplang turis, kriminalitas, sampah dan polusi.
    Sederhananya, menurut Vyt, Bali tidak lagi menjadi tujuan wisata yang kompetitif sehingga turis berangsur-angur meninggalkan Bali. Indikator awalnya, adalah semakin pelit mereka dalam membelanjakan uangnya.
    Kedua sudut pandang tersebut sebenarnya memiliki kesamaan mendasar. Keduanya menggunakan perspektif ekonomi. Para pengusaha resah dengan keberadaan para turis pelit di Bali karena mereka tidak menggunakan fasilitas yang ‘dijual’ sang pengusaha. Adapun para turis juga tidak mau mengeluarkan uang lebih untuk sesuatu yang telah usang dan tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan rekreasi dan mimpi-mimpi surga mereka.

    ReplyDelete
  36. NAMA : MADE DEWI ADNYANI
    NIS : 12.01.1.1.987
    SMESTER VI REGULER SORE
    LANJUTAN 
    Kalau pun mereka mengungkapkan masalah lingkungan dan sosial, itu sekadar memberikan justifikasi atas logika-logika ekonomi dan kenyamanan mereka selama ini. Jika kepentingan ekonomi dan kenyamanan mereka terpenuhi, sangat jarang mereka akan mengungkapkan masalah di atas. Bahkan, mereka akan cenderung menyembunyikannya rapat-rapat. Atau paling tidak mengelak bahwa corak produksi dan konsumsi pariwisatalah yang menyebabkan permasalahan tersebut.
    Jadi sebenarnya, perdebatan mereka merupakan selisih paham yang biasa terjadi di antara pedagang dan pembeli jasa pariwisata Bali. Bagi mereka uang dan kenyamanan menjadi panglima. Maka, pertanyaan selanjutnya, di mana posisi masyarakat Bali kebanyakan dan lingkungan hidup Bali dalam pertarungan produsen-konsumen ini?
    Bisu
    Jika dilihat corak produksi dan konsumsi dalam industri pariwisata di Bali, masyarakat Bali kebanyakan dan lingkunganlah yang paling terkena dampak. Modal sosial masyarakat Bali dianggap barang bebas yang kemudian dikemas menjadi paket-paket pariwisata. Modal sosial ini termanifestasi dalam tradisi dan ritual serta nilai inheren dari lingkungan hidup berupa panorama alam.
    Namun, suara-suara mereka nyaris tidak terdengar karena ditelan gemerlapnya pariwisata massal.
    Ritual-ritual dibuat megah sehingga semakin memberatkan beban budaya masyarakat bawah. Ritual ini diharapkan menjadi etalase guna membangun citra bahwa Bali masih memegang teguh tradisi dan budayanya. Meski menimbulkan kebanggaan semu bagi orang Bali, citra ini sebenarnya dipergunakan sebesar-besarnya demi industri pariwisata yang telanjur mencantumkannya dalam brosur pariwisata.
    Selain itu, permasalahan sosial seperti kriminalitas, pemerasan terhadap turis, dan lainnya harus tidak dilihat sebagai fenomena sosial yang berdiri sendiri. Bukan berarti menjustifikasi terjadinya permasalahan sosial. Memang dibutuhkan penelitian mengenai hubungan antara permasalahan ini dengan usaha masyarakat kelas bawah untuk survive di tengah beban budaya dan beban hidup yang semakin mengimpit dan kecemburuan sosial.
    Apalagi, tanah, aset warisan terakhir, pun telah habis terjual kepada broker property kelas dunia atau nominee bagi ekspatriat yang ingin memiliki kaveling atau vila mewah di ‘surga.’
    Selanjutnya, permasalahan lingkungan Bali sebenarnya berhubungan erat dengan ekonomi politik pariwisata. Fenomena ‘fundamentalisme investasi’ di sektor pariwisata membuat pemerintah, LSM, lembaga adat, hingga ormas pemuda bahu-membahu untuk mendorong ekspansi modal pariwisata.

    ReplyDelete
  37. NAMA : MADE DEWI ADNYANI
    NIS : 12.01.1.1.987
    SMESTER VI REGULER SORE
    LANJUTAN 
    Alhasil, dampak lingkungan tak menjadi prioritas untuk dibicarakan. Yang terpenting adalah menyediakan fasilitas yang memuaskan dan memanjakan kebutuhan borjua para turis, sebagai ‘kasta’ tertinggi di Bali. Akumulasi dampak lingkungan inilah yang harus ditanggung masyarakat Bali saat ini.
    Belum lagi ketidakadilan lingkungan menjadi semakin nyata. Misalnya dari ‘jejak karbon’ (carbon footprint) para turis yang terbang dari negaranya kemudian berkeliling Bali seharian. Mereka telah berkontribusi besar pada pelepasan emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Namun, masyarakat kecil seperti petani dan nelayan yang harus menjadi korban dampak perubahan iklim. Padahal kemampuan mereka untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim amat terbatas.
    Selanjutnya, sering kali para turis acuh ketika air yang mereka gunakan di hotel, vila, kolam renang atau lapangan golf telah memperparah konflik air dan ketidakadilan dalam pemanfaatan air di Bali.
    Singkatnya, pengusaha dan para turis dalam industri pariwisata baru akan berteriak ketika kenyamanan mereka selama ini terganggu. Mereka melihat Bali seperti taman bermain (bukan rumah) mereka. Mereka akan segera meninggalkan ketika taman tersebut rusak akibat impotensi pemerintahnya dan impian ‘surga’ yang terus memodernisasi diri.
    Pada saatnya nanti, tinggalah kita, masyarakat Bali kebanyakan, yang harus membersihkan ‘kotoran’ sehabis pesta meriah para turis dan orang kaya. Karena memang Bali adalah rumah kita. Bali bukanlah ‘surga’ ataupun ‘neraka’ tetapi ruang hidup yang mengharuskan kita terus berjuang untuk menjadikannya lebih baik.

    ReplyDelete
  38. Nama : Komang Ayu Fitriani
    NIM :12.01.1.1.1045
    Jurusan :Manajemen Eksekutif

    Sebenarnya kita tidak bisa membayangkan bagaimana sebenarnya suasana di surga dan di neraka tapi sekarang kita memiliki kepercayaan yang meriilkan adanya surga dan neraka. Kenapa bali dikatakan surga karena semua yang kita inginkan ada dibali. Banyak yang bilang, Bali laksana surga dunia: kesenangan, keramahan, dan keindahannya. Semua gambaran indah-indah itu membawa Bali menjadi surga pariwisata. Tak sedikit wisatawan asing ataupun domestik lebih dari sekali berkunjung ke Bali. Pariwisata memang membuat Bali termasyur, Bali Subur , Bali Ngaur (Kacau) dan budaya Bali Luntur . Suatu daerah yang termasyur dimanapun itu berada tidak akan pernah terlepas dari apa yang disebut Rwa Bhineda (Dua hal yang berbeda) menurut ajaran Veda atau Hindu. Dari sudut pandang negative Bali disebut “Pulau Maksiat”, dengan adanya banyak kafe kini Bali mendapat Gelar baru “Pulau Seribu Kafe” meskipun jumlah kafe tidak mencapai seribu, suatu yang ironis Bali yang kecil terdapat banyak Kafe yang berkeliaran. Selain itu pula Bali disebut “Pusat Perdagangan Narkoba Di Indonesia”, Harian Bali Post pernah meberitakan hal ini, wisatawan yang datang tidak hanya bertujuan untuk berlibur tetapi juga berbisnis Narkoba diperuntukan bagi mereka yang berlibur sehingga liburan mereka lebih menyenangkan . Sebagai daerah tujuan Wisatawan Domestik dan Internasional berbagai persoalan dihadapi masyarakat Bali seperti : Derasnya arus pendatang, Bali kalah bersaing dengan pendatang, Bali menghadapi arus Globalisasi dan Kapitalisme yang semakin Dahsyat, Tingginya harga tanah, sehingga masyarakat Bali cenderung tergiur untuk menjual tanah leluhurnya sendiri. Jika hal ini terus terjadi maka suku Bali bisa punah seperti suku – suku kono di dunia, tergerus oleh tantangan masyarakat modern. Masyarakat bali mulai bersifat beringas,Bali mulai banyak konflik.perebutan kekayaan atau waris antara keluarga,Perebutan Pura keluarga,Perebutan Tanah Pura. Perebutan wilayah yang dikarenakan pemekaran desa Adat maupun desa dinas. perselisihan antar soroh , perebutan gelar soroh, dengan kata kasar perebutan Kasta yang melanggar ajaran Agama. Perebutan kuburan , misalnya; orang yang meninggal tidak dijinkan untuk disemayamkan di kuburan wilayah desa pakraman dikarenakan melanggar aturan desa Adat sehingga dikenakan sanksi “kesepekang” atau dikucilkan. Penduduk yang semakin membludak, meski masyarakat Bali sukses melaksanakan KB ternyata Jumlah penduduk di Bali terus meningkat, hal ini tidak lain dikarenakan penduduk pendatang , baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.Dengan adanya persoalan yang semakin pelik inilah yang disebut Neraka.

    ReplyDelete
  39. Nama : Made Eddy Putra Nusantara
    NIM : 12.01.1.1.1018
    Jurusan : Manajemen Eksekutif

    Di bali umunya dalam agama hindu terdapat istilah tri hita karana dimana itu artinya tiga hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan alam semesta dan manusia dengan manusia. Ketika ini dilakukan, dimaknai dan di implementasikan maka bali di katakana surga karena semua ini saling harmonis. Namun sebaliknya dapat di katakana neraka sebab di era sekarang ini istilah tri hita karana sudah mulai terkikis, Sebagai contoh dari konsep tri hita karana yaitu pada diri manusia sudah banyak yang melupakan keyakinannya, penebangan hutan secara liar, manusia saling menjatuhkan demi misi atau koloni sendiri, dan bergesernya kebudayaan asli bali yang dapat di contohkan sebagai berikut :
    Perubahan aktivitas dan etos kerja
    Seperti kita ketahui bahwa masyarakat, yang ada di bali mayoritas berstatus petani, etos kerja masyarakat bali mungkin terlihat lamban dan cenderung santai. Banyaknya waktu luang yang membuat masyarakat bali di era dulu untuk mengisi aktivitas- aktivitas luangnya seperti berkesenian dan melestarikan budaya misalnya, mekekawin, megegurita, megambel dll. Sehingga bagi orang luar bali, etos kerja masyarakat bali pada saat itu di anggap santai. Dan etos kerja masyarakat bali pada saat ini sudah berubah drastis. Menjadi super sibuk seperti istilah time is money hal tersebut akibat perubahan mata pencaharian yang begitu drastis dan ledakan angkatan kerja yang mengakibatkan kompetisi menjadi begitu ketat. Sehingga hal- hal tersebut membuat sudah tidak ada waktu lagi untuk menyama braya.
    Perubahan nama
    Perubahan menggunakan nama di kalangan masyarakat bali saat ini tergolomg drastic dimana pada generasi yang lahir sebelum tahun 70n masih banyak yang menggunakan nama yang menurut masyarakat diluar bali unik. Karena hanya ada nama seperti, I Wayan, Anak Agung, Ketut, Gede, pUTU, Nyoman dan Kadek tetapi pada masa sekarang ini penamaan anak yang mengarah ke barat- baratan / meniru nama artis ibu kota.
    Perubahan Bahasa di bali
    Sepuluh tahun lalu kita masih sering mendengrkan percakapan menggunkan bahasa bali murni tanpa dicampur dengan bahasa lain namun seiringnya waktu masyarakat bali sudah banyak sudah banyak menggunakan bahasa Indonesia.
    Perubahan busana
    Dahulu yang namanya, kamen (kain)/ kancut adalah pakaian sehai-hari tetapi saat ini kamen(kain)/ kancut hanya digunakan dalam acara tertentu saja selebihnya pria dan wanita bali sudah modern yang hanya menggunakan celana panjang/ pendek.
    Perubahan makanan dan minuman
    Dahulu orang bali tak kenal yang namanya kebab turki atau sashimi sekarang gerai makanan cepat saji seperti ini telah menjamur dan selalu di padati oleh masyarakat bali.
    dari segi ekonomi bali akan mengalami kemiskinan sebab banyaknya para investor yang akan menghabiskan lahan-lahan masyarakat bali seperti misalnya para investor menanamkan modalnya di bali dan masyarakat bali hanya bisa menjual lahannya. Dan dijadikan sebagai alat untuk pekerjaan mengolah lahan- lahan tersebut, sehingga orang bali hanya bisa menjadi penonton dan para investor.

    ReplyDelete
  40. Nama : Luh Ayu Dewi Martina
    Nim : 12.01.1.1.994
    Semester : VI (enam)

    Menurut saya, Bali merupakan salah satu pulau yang terkenal di Mancananegara akan keindahan alamnya. selain terkenal akan keindahan alamnya ,Bali juga terkenal dengan sebutan pulau seribu pura. Ini karena mayoritas penduduk Bali beragama Hindu yang identik dengan adanya upacara-upacara sakral seperti ngaben, acara piodalan, melasti dll.
    Bali juga terkenal karena kebudayaannya seperti tari-tarian dan adat istiadat yang berbeda antar daerah, keramah tamahan penduduknya juga menambah nilai tersendiri bagi Bali untuk menarik minat para wisatawan untuk berkunjung dan berwisata ke Bali.
    Inilah yang membuat wisatawan betah berwisata ke Bali dan nantinya ingin berkunjung lagi ke Bali untuk lebih mengenal lagi kebudayaan-kebudayaan yang ada di Bali.

    Menurut saya, neraka itu seperti keadaan di suatu tempat yang penuh dengan penderitaan. misalnya bisa dilihat dari hubungan antar masyarakat yang kurang peduli antar sesama serta prilaku kriminal yang semakin tinggi di masyarakat seperti pemerkosaan, pembunuhan, pencurian dll. seseorang yang hidup dalam lingkungan dan mengalami kondisi yang seperti inilah yang menganggap dirinya seperti hidup di neraka.

    ReplyDelete
  41. NAMA : LUH NELY ARSINI
    NIM : 12.01.1.1.1000
    SEMESTER VI REGULER SORE
    Menurut pendapat saya, bali adalah pulau seribu pura dengan beragam kebudayaan dan keindahan alamnya selain itu banyak pantai-pantai yang memiliki panorama indah, ini membuat para wisatawan dan daya tarik pariwisata di bali sehingga bali sering disebut pulau surga bagi para wisatawan mancanegara. Bagi industri pariwisata, citra surga atau neraka sebenarnya sama pentingnya dalam mendongkrak laju bisnis. Seperti sebuah dialektika, proses ‘penjualan’ Bali memang tidak boleh tergantung pada satu tesis mapan, yakni citra sebagai ‘surga.’ Kejenuhan pada label ‘surga’ ini, ada kalanya, dibutuhkan inovasi untuk membuat ‘barang dagangan’ terlihat lebih dinamis. Dengan demikian turis menjadi penasaran untuk datang menyaksikan secara langsung tentang apa yang telah terjadi di ‘surga. Label ‘surga’ berubah menjadi ‘surga yang hilang’ (lost paradise) merupakan hasil formulasi bahasa marketing untuk mengajak semakin banyak turis menikmati Bali sebelum ia benar-benar hilang dari peta tujuan wisata dunia.

    ReplyDelete
  42. NAMA : LUH NELY ARSINI
    NIM : 12.01.1.1.1000
    SEMESTER VI REGULER SORE
    LANJUTAN
    Ngemplang Turis
    Belakangan ini, perdebatan tentang Bali dalam konteks industri pariwisata kembali terjadi. Masih seperti sebelum-sebelumnya, perdebatan kali ini juga berlangsung di kalangan ‘ksatria’ (para elite) menggunakan bahasa ‘kawi’ (Inggris). Sedangkan, masyarakat Bali kebanyakan sering kali tidak mampu mengakses perdebatan tersebut karena para ‘punakawan’ (intelektual kelas menengah) lebih senang untuk mencari posisi aman ketika kontroversi industri pariwisata terjadi. Terdapat dua posisi yang saling berkontestasi dalam hal ini. Posisi pertama diwakili ‘ksatria kerajaan’ pariwisata di Bali, yakni IB. Ngurah Wijaya. Wijaya adalah Ketua Bali Tourism Board (BTB), lembaga non-pemerintah yang menjadi vanguard bagi pengembangan industri pariwisata Bali. Dalam sebuah wawancara yang dimuat harian berbahasa Inggris, IB. Ngurah Wijaya menyatakan bahwa Bali belakangan ini penuh sesak oleh turis-turis pelit. Wijaya mengatakan masa kunjungan dan pengeluaran turis selama di Bali mengalami penurunan signifikan. Menurutnya, kerumunan turis pelit ini memiliki kontribusi sangat minim terhadap ekonomi Bali, lebih tepatnya bagi para pengusaha. Kedatangan mereka justru memperparah permasalahan kronis Bali, seperti kemacetan dan sampah. Posisi kedua diwakili oleh Vyt Karazija, seorang eskpatriat, yang menuliskan opininya di sebuah media berbahasa Inggris di Bali. Dia mengomentari pendapat IB. Ngurah Wijaya. Vyt menggunakan sudut pandang turis-turis yang datang ke Bali. Mereka dibuat shock oleh berbagai permasalahan sosial dan lingkungan di Bali yang tidak pernah disebutkan dalam brosur-brosur perjalanan wisata. Misalnya, supir taksi ataupun money-changer yang tidak segan-segan ngemplang turis, kriminalitas, sampah dan polusi. Sederhananya, menurut Vyt, Bali tidak lagi menjadi tujuan wisata yang kompetitif sehingga turis berangsur-angur meninggalkan Bali. Indikator awalnya, adalah semakin pelit mereka dalam membelanjakan uangnya. Kedua sudut pandang tersebut sebenarnya memiliki kesamaan mendasar. Keduanya menggunakan perspektif ekonomi. Para pengusaha resah dengan keberadaan para turis pelit di Bali karena mereka tidak menggunakan fasilitas yang ‘dijual’ sang pengusaha. Adapun para turis juga tidak mau mengeluarkan uang lebih untuk sesuatu yang telah usang dan tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan rekreasi dan mimpi-mimpi surga mereka.Kalau pun mereka mengungkapkan masalah lingkungan dan sosial, itu sekadar memberikan justifikasi atas logika-logika ekonomi dan kenyamanan mereka selama ini. Jika kepentingan ekonomi dan kenyamanan mereka terpenuhi, sangat jarang mereka akan mengungkapkan masalah di atas. Bahkan, mereka akan cenderung menyembunyikannya rapat-rapat. Atau paling tidak mengelak bahwa corak produksi dan konsumsi pariwisatalah yang menyebabkan permasalahan tersebut.

    ReplyDelete
  43. NAMA : LUH NELY ARSINI
    NIM : 12.01.1.1.1000
    SEMESTER VI REGULER SORE
    LANJUTAN
    Jadi sebenarnya, perdebatan mereka merupakan selisih paham yang biasa terjadi di antara pedagang dan pembeli jasa pariwisata Bali. Bagi mereka uang dan kenyamanan menjadi panglima. Maka, pertanyaan selanjutnya, di mana posisi masyarakat Bali kebanyakan dan lingkungan hidup Bali dalam pertarungan produsen-konsumen ini?
    Bisu
    Jika dilihat corak produksi dan konsumsi dalam industri pariwisata di Bali, masyarakat Bali kebanyakan dan lingkunganlah yang paling terkena dampak. Modal sosial masyarakat Bali dianggap barang bebas yang kemudian dikemas menjadi paket-paket pariwisata. Modal sosial ini termanifestasi dalam tradisi dan ritual serta nilai inheren dari lingkungan hidup berupa panorama alam. Namun, suara-suara mereka nyaris tidak terdengar karena ditelan gemerlapnya pariwisata massal. Ritual-ritual dibuat megah sehingga semakin memberatkan beban budaya masyarakat bawah. Ritual ini diharapkan menjadi etalase guna membangun citra bahwa Bali masih memegang teguh tradisi dan budayanya. Meski menimbulkan kebanggaan semu bagi orang Bali, citra ini sebenarnya dipergunakan sebesar-besarnya demi industri pariwisata yang telanjur mencantumkannya dalam brosur pariwisata.Selain itu, permasalahan sosial seperti kriminalitas, pemerasan terhadap turis, dan lainnya harus tidak dilihat sebagai fenomena sosial yang berdiri sendiri. Bukan berarti menjustifikasi terjadinya permasalahan sosial. Memang dibutuhkan penelitian mengenai hubungan antara permasalahan ini dengan usaha masyarakat kelas bawah untuk survive di tengah beban budaya dan beban hidup yang semakin mengimpit dan kecemburuan sosial. Apalagi, tanah, aset warisan terakhir, pun telah habis terjual kepada broker property kelas dunia atau nominee bagi ekspatriat yang ingin memiliki kaveling atau vila mewah di ‘surga.’ Selanjutnya, permasalahan lingkungan Bali sebenarnya berhubungan erat dengan ekonomi politik pariwisata. Fenomena ‘fundamentalisme investasi’ di sektor pariwisata membuat pemerintah, LSM, lembaga adat, hingga ormas pemuda bahu-membahu untuk mendorong ekspansi modal pariwisata.Alhasil, dampak lingkungan tak menjadi prioritas untuk dibicarakan. Yang terpenting adalah menyediakan fasilitas yang memuaskan dan memanjakan kebutuhan borjua para turis, sebagai ‘kasta’ tertinggi di Bali. Akumulasi dampak lingkungan inilah yang harus ditanggung masyarakat Bali saat ini dan ini merupakan neraka bagi Bali itu sendiri.

    ReplyDelete
  44. Nama : Made Widya Lini
    NIM : 12.01.1.1.1008
    Semester VI Reguler Sore.

    Jika pertanyaan pada artikel di atas harus dijawab yakni pertanyaan atas, “Jika Bali itu Surga, Seperti Apakah Neraka? Jawabannya adalah neraka itu seperti saat Bali tidak bisa mempertahankan ke-Bali-annya. Artinya saat Bali tidak lagi mampu menjadi Bali dan Bali menjadi seperti Pulau-pulau biasa.
    Bali bukan Belanda yang harus diuruk untuk mendapatkan daratan. Bali bukan Singapura yang harus dibangun gedung mewah untuk menarik wisatawan. Bali bukan Dubai yang harus dipasang gemerlap lampu malam untuk tampak cantik. Bali adalah Bali, pulau dewata yang penuh kesederhanaan dalam kebersamaan, pulau dewata tempat bersemayamnya ketentraman dalam alunan tabuh gamelan, pulau seribu pura tempat terucapnya mantram suci lewat segarnya bunga canang dan harumnya asap dupa. Biarkan Bali tetap menjadi Bali yang indah karena pantainya, yang cantik karena budayanya, yang hangat karena penduduknya. Bali bukan tempat wisata biasa yang mendatangkan wisatawan rendahan. Hanya wisatawan kelas atas peduli lingkungan yang diharapkan Bali. Apa artinya reklamasi jika tradisi akan mati, apa gunanya reklamasi jika nelayan akan tinggal kenangan, apa untungnya reklamasi jika Bali tak lagi beralam. Jangan hanya warisi kami dan anak cucu kami kelak sebuah cerita tentang Teluk Benoa, tentang indahnya hutan mangrove, tentang cantiknya Pulau Bali dan sejuta pesona alam serta budayanya. Hutan mangrove memiliki sejuta fungsi bagi kehidupan masyarakat Bali, mulai dari perindang, penyejuk, penyedia oksigen, pelindung abrasi, penarik wisatawan, sampai sebagai habitat makhluk hidup lain. Burung merupakan salah satu binatang yang menggantungkan hidup pada hutan mangrove, tak bisa kami bayangkan jika mereka menguruk mangrove kami apa yang terjadi pada burung-burung sahabat kami yang telah lama bertengger di ranting-ranting pohon mangrove
    Tri Hita Karana Sebagai Bagian Budaya Bali Memahami Tri Hita Karana sebagai konsepsi kebudayaan dalam konteks dinamika (implementasi), perlu dipahami tiga kata kunci berikut : Pertama, adalah makna atau arti yaitu pandangan hidup penghayat serta pelaku kebudayaan tertentu (Geertz, 1992; Kuntowijoyo, 1994; Sutrisno, 1997). Dalam konteks ini bagaimana pandangan orang Hindu terhadap konsep Tri Hita Karana. Kedua, nilai sebagai isi pandangan yang dianggap paling berharga oleh orang Hindu atau sekelompok komunitas Hindu tertentu sehingga Tri Hita Karana layak diyakini dan dipegang sebagai acuan tingkah laku. Mulai dari fisik yang ekspresif sampai ke yang inti berwujud konstruktif, dari yang instrumental dan semata-mata berfungsi sebagai sarana sampai ke hal yang bernilai tujuan. Ketiga, adalah simbol merupakan seperangkat perlambang (termasuk aksara) yang disepakati oleh konsesus pemakainya (orang Hindu) untuk menandai atau mempresentasikan entitas tertentu (Bachtiar, 1982).
    Secara sosiologis-humanistis Tri Hita Karana sebagai sistem kebudayaan yang terdiri atas simbol, nilai dan makan diasumsikan sebagai pengetahuan dasar (basic term). Karena atas dasar itu orang Hindu memandang dirinya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat. Berlandasakan pengetahuan dasar itu pula orang Hindu membangun suatu cara (mode) kehidupan untuk dirinya. Orang Hindu bertindak berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, kesadaran tentang dunia, dirinya sendiri dan tindakan mereka sendiri dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia dan alam sekitarnya.

    ReplyDelete
  45. Pendapat mengenai istilah yang diungkapakan oleh orang tentang Bali seperti halnya pulau dewata, pulau dengan seribu pura dll tentunya kita menjadi orang yang tinggal di bali sangatlah bangga. Seiring dengan perkembangan jaman tentunya masayarakat bali mengikuti pula alur perjalanan era sehingga terkadang kekentalan akan ciri khas bali mulai mengencer sehingga kini untuk mengembalikan kembali hal tersebut maka dicetuskanlah istilah Ajeg Bali. Istilah “ajeg” merujuk kepada pengertian stabil , tetap, dan konstan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976) disebutkan bahwa “ajeg” atau “ajek” (Jawa) bermakna tetap; tidak berubah. Satu hal yang tetap dalam kebudayaan adalah perubahannya. Yang ingin dipertahanakan oleh masyarakat Bali adalah nilai, yaitu agama Hindu yang menjadi nafas kehidupan masyarakat Bali. Teknologi menyebabkan perubahan praktik dan perubahan kemasan, namun esensinya harus tetap bertahan.

    Ajeg Bali meliputi berbagai hal di Bali, mulai dari sitem religi, ekonomi, seni-budaya, niaga, politik, lingkungan, politik, pendidikan, tata ruang, kependudukan, kesehatan, pendidikan, pariwisata, dan hal-hal lain yang menyangkut cara hidup masyarakat. Dalam sistem persubakan, misalnya, dilakukan “sterilisasi” wilayah subak dari pembangunan perumahan untuk melestarikan kondisi ekologis sekitar subak. Sosialisasi budaya Bali, seperti membuat janur, ditanamkan semenjak kanak-kanak dan merupakan bentuk ajeg Bali. Hal ini saya temukan ketika melihat perlombaan membuat prasarana ibadah bagi anak-anak SD dan SMP di Tanah Lot. Yang membuat saya tercengang, pertama kali saya kenal konsep ajeg Bali dari artikel “Identitas Dalam Semangkuk Bakso” dalam majalah Playboy Indonesia edisi Juni 2006. Jika kita pahami, artikel tersebut bercerita soal resistensi orang Bali terhadap penguasaan orang Jawa terhadap perekonomian di Bali, ya..dengan berjualan bakso babi... Bahkan tersurat kalimat “Tujuannya untuk menjaga identitas, ruang, serta proses budaya Bali... Kesadaran itu penting karena Bali yang identik dengan keindahan, kenyamanan, dan keharmonisan sudah mulai terusik... Tanah Bali yang merupakan bagaian dari tanah adat makin abnyak berpindah tangan...”. Jumlah pendatang (terutama dari Jawa) semakin menjadi ancaman, peluang kerja orang Jawa cukup banyak – sementara masyarakat Bali sibuk dengan banyaknya upacara, orang Jawa mengambil alih waktu-waktu tersebut di sektor ekonomi.

    ReplyDelete
  46. Nama : Kadek Sri Wahyuni
    NIM : 12.01.1.1.1006
    Smstr: 6 / Reguler Sore

    Pendapat mengenai istilah yang diungkapakan oleh orang tentang Bali seperti halnya pulau dewata, pulau dengan seribu pura dll tentunya kita menjadi orang yang tinggal di bali sangatlah bangga. Seiring dengan perkembangan jaman tentunya masayarakat bali mengikuti pula alur perjalanan era sehingga terkadang kekentalan akan ciri khas bali mulai mengencer sehingga kini untuk mengembalikan kembali hal tersebut maka dicetuskanlah istilah Ajeg Bali. Istilah “ajeg” merujuk kepada pengertian stabil , tetap, dan konstan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976) disebutkan bahwa “ajeg” atau “ajek” (Jawa) bermakna tetap; tidak berubah. Satu hal yang tetap dalam kebudayaan adalah perubahannya. Yang ingin dipertahanakan oleh masyarakat Bali adalah nilai, yaitu agama Hindu yang menjadi nafas kehidupan masyarakat Bali. Teknologi menyebabkan perubahan praktik dan perubahan kemasan, namun esensinya harus tetap bertahan.

    Ajeg Bali meliputi berbagai hal di Bali, mulai dari sitem religi, ekonomi, seni-budaya, niaga, politik, lingkungan, politik, pendidikan, tata ruang, kependudukan, kesehatan, pendidikan, pariwisata, dan hal-hal lain yang menyangkut cara hidup masyarakat. Dalam sistem persubakan, misalnya, dilakukan “sterilisasi” wilayah subak dari pembangunan perumahan untuk melestarikan kondisi ekologis sekitar subak. Sosialisasi budaya Bali, seperti membuat janur, ditanamkan semenjak kanak-kanak dan merupakan bentuk ajeg Bali. Hal ini saya temukan ketika melihat perlombaan membuat prasarana ibadah bagi anak-anak SD dan SMP di Tanah Lot. Yang membuat saya tercengang, pertama kali saya kenal konsep ajeg Bali dari artikel “Identitas Dalam Semangkuk Bakso” dalam majalah Playboy Indonesia edisi Juni 2006. Jika kita pahami, artikel tersebut bercerita soal resistensi orang Bali terhadap penguasaan orang Jawa terhadap perekonomian di Bali, ya..dengan berjualan bakso babi... Bahkan tersurat kalimat “Tujuannya untuk menjaga identitas, ruang, serta proses budaya Bali... Kesadaran itu penting karena Bali yang identik dengan keindahan, kenyamanan, dan keharmonisan sudah mulai terusik... Tanah Bali yang merupakan bagaian dari tanah adat makin abnyak berpindah tangan...”. Jumlah pendatang (terutama dari Jawa) semakin menjadi ancaman, peluang kerja orang Jawa cukup banyak – sementara masyarakat Bali sibuk dengan banyaknya upacara, orang Jawa mengambil alih waktu-waktu tersebut di sektor ekonomi.

    ReplyDelete
  47. Lanjutan......
    Nama : Kadek Sri Wahyuni
    NIM : 12.01.1.1.1006
    Smstr : 6 / Reguler Sore

    Ajeg Bali terinspirasi oleh nilai-nilai yang dianut dalam agama Hindu, yang diwujudkan dalam ajaran “Tri Hita Karana” yang berarti tiga penyebab kebahagiaan atau kemakmuran. Ketiga konsep tersebut dalah Parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan manusia dengan sesama manusia), dan Palemahan (hubungan manusia dengan alam) (diambil dari makalah “Tri Hita Karana”, Dewa Nyoman Suardana, S.Ag, dalam seminar di Puri Agung Singaraja 21 Juni 2007). Dalam pelaksanaannya konsep Ajeg Bali dimaknai dalam tiga tataran, yaitu dalam tataran individu ; ajeg Bali dimaknai sebagai kemampuan manusia Bali untuk memiliki keprcayaan diri kultural (cultural confidence) yang bersiat kreatif dan tidak membatasi diri pada hal-hal fisikal semata. Kedua, dalam tataran lingkungan kultural ; ajeg Bali dimaknai sebagai sebuah ruang hidup budaya Bali yang bersifat inklusif, multikultur, dan selektif terhadap pengaru-pengaruh luar. Terakhir, dalam tataran proses kultural; ajeg bali merupakan interaksi manusia dengan ruang hidup buadayanya guna melahirkan produk-produk atau penanda-penanda budaya baru melalui sebuah proses yang berdasarkan nilai-nilai moderat (tidak terjebak pada romantisme masa lalu maupun godaan dunia modern), non-dikotomis, berbasis pada nilai-nilai kultural, dan kearifan lokal, serta memiliki kesadaran ruang (spasial) dan waktu yang mendalam. Dalam ketiga tataran tersebut, disepakati bahwa ajeg Bali bukanlah sebauah konsep yang stagnan, melainkan upaya pembaruan terus-menerus yang dilakukan secara sadar oleh manusia Bali untuk menjaga identitas, ruang, serta proses budayanya agar tidak jatuh di bawah penaklukan hegemoni budaya global.
    Tradisi budaya Bali dianggap sebagai komoditas pariwisata yang menguntungkan, beberapa hal yang cukup mencuat adalah soal kesenian yang bersifat sakral akhirnya menjadi tontonan pariwisata yang profan semata. Sebelumnya harus dipisahkan soal “adat keagamaan” dan “adat kebiasaan”. Sayangnya keseluruhan hidup masyarakat Bali, termasuk adat kebiasaan, merupakan bentuk representasi dari agama Hindu, sehingga sulit sekali untuk membedakan sakral dan profan. Dalam tari-tarian, dapat dipisahkan secara jelas terdapat seni tari Waliyang sakral dan religius, seni tari Bebali adalah tarian seremonial, dan seni tari Balih-balihan yang sekuler, seperti tari joget yang saya tampilkan di Puri Agung Singaraja, Buleleng (diambil dari Picard, 2006:237). Perubahan tradisi yang terjadi, tidak dapat dikembalikan lagi. Tradisi bersifat irreversibleyaitu tidak dapat dikembalikan lagi. Dalam Invented Tradition(1983), Eric Hobsbawm dan Terrence Ranger menyatakan bahwa tradisi yang sudah terjadi lama ternyata merupakan penemuan yang belu lama berselang, simbol yang muncul bukan berarti kesinambungan dari yang sudah ada, melainkan respon terhadap yang baru seringkali fiktif atau rekayasa. Masyarakat Bali terus berubah secara kreatif dan menciptakan tradisi-tradisi baru. Dalam pariwisata ditekankan agar kebutuhan pariwisat terlayani, sementara budaya lokal tetap bertahan. Namun, jika kita perhatikan, pada praktiknya masyarakat Bali tidak pernah terlepas dari Tri Hita Karana, apa yang mereka lakukan selalu berlandaskan hal tersebut. Masyarakat Bali tidak pernah terlepas dari ritual agama Hindu yang selalu mencari keseimbangan dalam hampir setiap kegiatan hidupnya.

    Jadi, apakah ajeg Bali merupakan sebuah cita-cita belaka?Kalau kita berpikir sederhana, selama ada canang (sesajen dari janur kelapa berisi bunga dan dupa), nilai-nilai agama hindu yang merupakan core of the culture, akan tetap bernafas tenang dalam kehidupan manusia Bali. Sekarang tergantung pada masyarakat bali apakah bali nantinya tetap di anggap sebagai pulau surga atau malah sebaliknya.

    ReplyDelete
  48. Nama: Desak Komang Antarini
    Nim: 12.01.1.1.990
    Semester 6 Reguler Sore

    Menurut pendapat saya, Banyak orang yang bilang kalau bali itu surganya dunia atau pulau seribu pura namun jika dilihat dari ajaran gama hindu
    Tidak kita temukan gambaran neraka seperti apa? .Lalu apakah orang baik dan orang jahat sama-sama masuk surga?. Bagaimana soal keadilan ditegakkan?. Dalam agama Hindu sebagaimana dijelaskan sebelumnya, setelah mati, jiwa kita mencapai moksa atau lahir kembali kedunia. Bila kita lahir kembali, maka dalam kelahiran itu kita menerima akibat- akibat dari perbuatan kita dari kehidupan yang terdahulu akibat baik atau akibat buruk.
    Disini dikenal istilah kelahiran surga dan kelahiran neraka. Kelahiran surga artinya dalam hidup ini kita menjadi orang yang beruntung dan berbahagia. Kelahiran neraka artinya dalam hidup ini kita akan menderita dan banyak mendapat kesulitan. Penderitaan itu sangat banyak jenisnya. Misalnya karena : sakit yang tidak dapat disembuhkan, penghianatan, kebencian, dendam, iri hati, sakit hati, dan kemarahan yang tak terkendali adalah bentuk neraka didunia ini.
    Dalam agama Hindu surga merupakan persinggahan sementara. Menurut Swami Dayananda Saraswati, surga adalah pengalaman liburan. Seperti seorang pergi ke Hawai atau ke Bali untuk bersenang-senang sebentar membelanjakan uangnya dan kemudian kembali ke rumahnya.
    Bhagavad Gita mengatakan:
    “Setelah menikmati surga yang luas, mereka kembali kedunia ini sesuai ajaran kitab suci. Demi kenikmatan mereka datang dan pergi”.
    Surga adalah kesenangan sementara (pleasure). Sedangkan kebahagiaan yang sejati (Joy atau happiness) adalah Moksha.


    ReplyDelete
  49. NI LUH KUSUMA WARDANI
    12.01.1.1.999
    SMSTR 6 REG. SORE

    Bali, Surga dan Neraka :

    Banyak yang bilang, Bali laksana surga dunia: kesenangan, keramahan, dan keindahannya. Semua gambaran indah-indah itu membawa Bali menjadi surga pariwisata. Tak sedikit wisatawan asing ataupun domestik lebih dari sekali berkunjung ke Bali.
    Bali dapat dipandang dari berbagai sudut. Dengan adanya banyak pura bali disebut dengan nama “Pulau Seribu Pura”, adanya banyak aktivitas keagamaan Bali disebut “Pulau Dewata”, demikian juga karena Bali menjadi tujuan wisatawan manca Negara Bali disebut “Bali Surga Dunia”, dan berbagai sebutan yang dapat mengina-bobokan masyarakat Bali sehingga lengah dalam menghadapi persaingan Global yang kian memanas.
    Bali disebut sebagai the last paradise karena keindahan dan keunikan masyarakat beserta alamnya yang mempesona. Keteguhan masyarakat Bali dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan luhur dan budaya yang dilestarikan turun temurun membuat Bali memiliki daya tarik tersendiri yang membuatnya beda dengan pulau & masyarakat lainnya dibelahan dunia manapun. Masyarakat Bali yang terkenal oleh keramahan dan kejujurannya membuat para wisatawan merasa nyaman tatkala berkunjung ke pulau kecil nan mempesona ini. Selain itu, Bali yang terkenal dengan kehidupan masyarakatnya melalui rutinitas ritual dan spiritual yang membudaya sehingga wisatawan yang merasa bosan dengan kehidupan kesehariannya yang sibuk, penuh tekanan dan stress sehingga Bali yang menawarkan keharmonisan alam dengan konsep tri hita karananya dipandanng mampu menyuguhkan ketenangan dan kebahagiaan serta rasa damai bagi pengunjungnya. Oleh karena itulah Bali disebut sebagai the last paradise atau surga yang terakhir.
    Sisi Gelap Pulau Bali
    Pariwisata memang membuat Bali termasyur, Bali Subur , Bali Ngaur (Kacau) dan budaya Bali Luntur . Suatu daerah yang termasyur dimanapun itu berada tidak akan pernah terlepas dari apa yang disebut Rwa Bhineda (Dua hal yang berbeda) menurut ajaran Veda atau Hindu. Dari sudut pandang negative Bali disebut “Pulau Maksiat”, dengan adanya banyak kafe kini Bali mendapat Gelar baru “Pulau Seribu Kafe” meskipun jumlah kafe tidak mencapai seribu, suatu yang ironis Bali yang kecil terdapat banyak Kafe yang berkeliaran. Selain itu pula Bali disebut “Pusat Perdagangan Narkoba Di Indonesia”, hal ini bukan mengada-ngada , Harian Bali Post pernah memberitakan hal ini sekitar beberapa minggu yang lalu, wisatawan yang datang tidak hanya bertujuan untuk berlibur tetapi juga berbisnis Narkoba diperuntukan bagi mereka yang berlibur sehingga liburan mereka lebih menyenangkan .
    Sebagai daerah tujuan Wisatawan Domestik dan Internasional berbagai persoalan dihadapi masyarakat Bali seperti : Derasnya arus pendatang, Bali kalah bersaing dengan pendatang, Bali menghadapi arus Globalisasi dan Kapitalisme yang semakin Dahsyat, Tingginya harga tanah, sehingga masyarakat Bali cenderung tergiur untuk menjual tanah leluhurnya sendiri. Jika hal ini terus terjadi maka suku Bali bisa punah seperti suku – suku kono di dunia, tergerus oleh tantangan masyarakat modern.

    ReplyDelete
  50. NI LUH KUSUMA WARDANI
    12.01.1.1.999
    SMSTR 6 REG. SORE
    LANJUTAN,,,,,,,
    Sumber – sumber masalah atau konflik di Bali
    Dengan aneka permasalahan ,masyarakat bali mulai bersifat beringas, namun tidak separah daerah-daerah lainya, Bali mulai banyak konflik. Dosen Hukum Adat Bali Ketut Widana menyebutkan ada 6 penyebab konflik di Bali, antara lain :
    Laba- kekayaan, berebut kekayaan atau waris antara keluarga
    Pura – Perebutan Pura keluarga , Perebutan Tanah Pura.
    Krama- Penduduk yang semakin membludak, meski masyarakat Bali sukses melaksanakan KB ternyata Jumlah penduduk di Bali terus meningkat, hal ini tidak lain dikarenakan penduduk pendatang , baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
    Mandala- wilayah , Perebutan wilayah yang dikarenakan pemekaran desa Adat maupun desa dinas
    Wangsa- perselisihan antar soroh , perebutan gelar soroh, dengan kata kasar perebutan Kasta yang melanggar ajaran Agama.
    Setra- Kuburan. Perebutan kuburan , misalnya; orang yang meninggal tidak dijinkan untuk disemayamkan di kuburan wilayah desa pakraman dikarenakan melanggar aturan desa Adat sehingga dikenakan sanksi “kesepekang” atau dikucilkan.
    Dengan adanya persoalan yang semakin pelik Bali kini berubah menjadi Neraka atau dengan istilah , “Hell in Paradise Island” Neraka Dipulau Surga.

    ReplyDelete
  51. Nama: Ketut Artha Dana
    Nim: 12.01.1.1.975
    Semester 6 Reguler Sore

    Pulau Bali atau yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini sungguh luar biasa pesona keindahannya juga kekayaan budayanya yang masih sangat kental yang melekat pada penduduknya. Tidak heran kalau Pulau Bali sangat terkenal di dunia, dan banyak sekali wisatawan asing yang mengunjunginya. Hingga hampir setiap obyek wisata di Bali selalu dipenuhi oleh wisatawan asing. Banyak juga wisatawan lokal yang sangat tertarik dengan keindahan pulau Bali ini. Tempat pariwisata ini merupakan pusat Pariwisata Bali karena sekarang telah mampu menyediakan fasilitas lengkap sesuai kebutuhan para wisatawan seperti berbagai penginapan dan hotel, pusat-pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, kehidupan malam begitu semarak, sarana dan fasilitas olahraga seperti Bungy jumping, water boom dan lain sebagainya. Inilah pulau yang paling terkenal di Indonesia. Tempat mengagumkan yang menyimpan gabungan keindahan lanskap alam spektakuler dan budaya yang begitu memikat. Keindahannya selaras dengan orang-orang yang hangat dan ramah. Di sini kebudayaan terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Ada dan tiada wisatawan maka riuh adat dan genderang bunyi tabuhan alat musik tradisional dipentaskan.
    Jadi dapat dikatakan bahwa yang dapat menikmati keindahan bali itulah yang dikatakan surga namun bagi mereka yang tak mampu tuk menikmati keindahan bali maka itulah yang disebut neraka. Dengan pemikiran kita sendiri bahawa surga dan neraka itu ada maka keindahan alam lah yang dikatakan surga.


    ReplyDelete
  52. Nama : komang sandiyasa
    Nim : 14.01.1.015
    Jurusan : manajemen reg. Pagi


    Jika bali itu surga, seperti apakah neraka?
    Menurut saya neraka itu tempat dimana kebebasan kita dibatasi. Semua hal-hal yang kita ingin lakukan selalu didasari oleh mereka mereka Yang diatas. Mereka yang hidup di tempat tertinggal dan jauh dari populasi teknologi akan semakin tertinggal. Kurangnya perhatian pemerintah akan hal tersebut membuat sakit hati yang dirasakan oleh masyarakat semakin menjadi jadi. Padahal bali merupakan penghasil devisa terbanyak tapi kenapa pembangun yang terjai di bali tidak lah selaras dengan apa yang di berikan kepada negara. Neraka itu pada saat reklamasi benoa di keluarkan.

    ReplyDelete